♡ Tidur Di Bulan Ramadhan ♡
Benarkah keabsahan hadits,
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya merupakan tasbih. Doanya dikabulkan. Ganjaran amal dilipatgandakan...”
(HR al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/1437)
Dengan pembahasan ilmiyyah disimpulkan bahwa hadits ini adalah lemah (dha'if)
Lihat Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah no. 4696 oleh Syaikh al-Albani
Menjadi Pahala Dengan Niat.
Ibnu Rajab rahimahullah menjelaskan,
“Apabila makan dan minum diniatkan menguatkan tubuh saat melaksanakan shalat dan berpuasa, maka akan bernilai pahala.
Demikian pula jika seseorang berniat dengan tidur di malam dan siang harinya agar kuat dalam beramal, maka tidur tersebut akan bernilai ibadah...” (Lathaiful Ma’arif; 279-280)
Sebagaimana pula perkataan Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu,
أَمَّا أَنَا فَأَنَامُ وَأَقُومُ وَأَرْجُو فِي نَوْمَتِي مَا أَرْجُو فِي قَوْمَتِي.
"Adapun aku, maka aku tidur dan shalat malam. Dan aku berharap pahala dari tidurku sebagaimana pahala yang aku harapkan dari shalat malamku..." (HR Al-Bukhari: 6923, Muslim:1733)
Dengan niat mencari kecintaan dan keridhaan Allah, segala sesuatu menjadi berpahala.
Bahkan dalam perkara yang mubah (boleh-boleh saja).
@SahabatIlmu
✽̈♡♡♡✽̈♡♡♡✽̈♡♡♡✽̈♡♡♡✽̈
Benarkah keabsahan hadits,
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya merupakan tasbih. Doanya dikabulkan. Ganjaran amal dilipatgandakan...”
(HR al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman 3/1437)
Dengan pembahasan ilmiyyah disimpulkan bahwa hadits ini adalah lemah (dha'if)
Lihat Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah no. 4696 oleh Syaikh al-Albani
Menjadi Pahala Dengan Niat.
Ibnu Rajab rahimahullah menjelaskan,
“Apabila makan dan minum diniatkan menguatkan tubuh saat melaksanakan shalat dan berpuasa, maka akan bernilai pahala.
Demikian pula jika seseorang berniat dengan tidur di malam dan siang harinya agar kuat dalam beramal, maka tidur tersebut akan bernilai ibadah...” (Lathaiful Ma’arif; 279-280)
Sebagaimana pula perkataan Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu,
أَمَّا أَنَا فَأَنَامُ وَأَقُومُ وَأَرْجُو فِي نَوْمَتِي مَا أَرْجُو فِي قَوْمَتِي.
"Adapun aku, maka aku tidur dan shalat malam. Dan aku berharap pahala dari tidurku sebagaimana pahala yang aku harapkan dari shalat malamku..." (HR Al-Bukhari: 6923, Muslim:1733)
Dengan niat mencari kecintaan dan keridhaan Allah, segala sesuatu menjadi berpahala.
Bahkan dalam perkara yang mubah (boleh-boleh saja).
@SahabatIlmu
✽̈♡♡♡✽̈♡♡♡✽̈♡♡♡✽̈♡♡♡✽̈
Tidak ada komentar:
Posting Komentar