Rabu, 31 Juli 2013

Adab Adab I’tikaf

Adab Adab I’tikaf
I’TIKAF : Amalan Khusus Ramadhan
Ditulis oleh:  أُسْتَاذُ Kholid Syamhudi, Lc - حفظه الله تعالى


Subhanallah, kita segera memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan, dimana kita disunnah melakukan amalan I’tikaf. Mari sejenak kita pelajari tentang keutamaan I’tikaf, agar ibadah kita semakin sempurna. InsyaaAllah
• MAKNA • I’tikaf berasal dari bahasa Arab yang bermakna berdiam diri pada sesuatu. Kata ini dipakai juga untuk ibadah dengan tinggal dan menetap dimasjid untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Pelaku ibadah ini dinamakan Mu’takif atau ‘Aakif.
• HIKMAH • Berkata ibnul Qayim: “… Kemudian mensyariatkan mereka I’tikaf yang tujuan dan intinya adalah hati tinggal menghadap Allah, menyatukan kekuatannya, berkholwat dengan Nya, menghilangkan kesebukan dengan makhluk dan hanya sibuk menghadap Allah saja”
• PENSYARIATAN • I’tikaf adalah ibadah yang disunnahkan untuk dilakukan pada bulan Romadhon dan selainnya, baik didahului dengan puasa atau tidak, akan tetapi yang paling utama di bulan Ramadhon dan disepuluh hari terakhir. Sesungguhnya Rasululloh telah beri’tikaf disepuluh hari pertengahan Romadhon lalu I’tikaf pada tahun tersebut sampai pada malam keduapuluh satu yaitu malam beliau keluar I’tikaf dipaginya beliau berkata barang siapa yang beri’tikaf bersamaku maka hendaklah beri’tikaf di sepuluh terakhir. • SYARAT dan TEMPAT • I’tikaf hanya boleh dilakukan dimasjid dan tidak keluar darinya kecuali hajat dan darurat. Tidak boleh dilakukan pada selain masjid. Sebagaimana firman Allah:
وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. (Al Baqoroh 187)
• HAL-HAL yang DIPERBOLEHKAN saat I’TIKAF •
1. Boleh keluar masjid karena hajat dan boleh juga mengeluarkan kepalanya keluar masjid untuk dicuci atau disisiri. Aisyah berkata: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اعْتَكَفَ يُدْنِي إِلَيَّ رَأْسَهُ فَأُرَجِّلُهُ وَكَانَ لَا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلَّا لِحَاجَةِ الْإِنْسَانِ Nabi jika beri’tikaf mengeluarkan kepalanya kepada saya lalu saya sisiri, dan beliau tidak keluar kecuali untuk hajat (kebutuhan).
2. Dibolehkan berwudhu dimasjid.
3. Boleh membuat kemah kecil atau kamar kecil dengan kain di bagian belakang masjid sebagai tempat beri’tikaf, sebagaimana Aisyah membuat kemah kecil untuk Nabi beri’tikaf.
4. Dibolehkan meletakkan kasur atau dipan dalam I’tikaf, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Umar dari Nabi, bahwa beliau jika beri’tikaf disiapkan atau diletakkan kasur atau dipan dibelakang tiang taubah.
5. Boleh mengantar istrinya yang mengunjungunya dimasjid sampai pintu masjid.
6. Wanita boleh beri’tikaf dimasjid selama aman dari fitnah, dengan dalil: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ Nabi beri’tikaf di sepuluh akhir dari romadhon sampai wafat kemudian istri-istri beliau beri’tikaf setelahnya.

Semoga bermanfaat

✽.•°•.☆.•°•✽.•°•☆.•°•✽ ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar