Selasa, 23 Juli 2013

Pembalasan Lebih Kejam Daripada Perbuatan

☆ “Pembalasan Lebih Kejam Daripada Perbuatan” ☆
Oleh : al أُسْتَاذُ DR. Muhammad Arifin Badri, MA - حفظه الله تعالى


Sobat, semboyan di atas nampaknya sangat tepat untuk menggambarkan perilaku ummat Islam, termasuk kita semasa bulan Ramadhan.
Gara-gara dilarang makan di siang hari, maka pembalasan dilampiaskan di malam hari, bahkan pada awal malam tiba.
Setiap kali matahari telah terbenam, segera praktek pembalasan dilampiaskan. Segala jenis makanan yang bisa di hadirkan, dan disajikan akan segera anda santap dan sergap. Buktinya anggaran belanja di bulan ramadhan membengkak, dan jumlah makanan yang terbuang berlipat ganda.
Akibatnya betapa sering anda merasakan nyeri di perut karena kekenyangan. Sholat menjadi terasa berat, ruku’ susah, sujud apalagi.

Demikianlah fenomena ibadah puasa kita selama ini. Padahal salah satu hikmah puasa ialah melatih anda untuk menahan hawa nafsu, bukan melipat gandakan hawa nafsu dan selera makan.
Karena itu dahulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika berbuka puasa beliau memulai buka puasanya dengan kurma segar atau kurma kering, dan bila tidak ada kurma maka beliau menegak beberapa tegak air minum.
Anda pasti menyadari bahwa rasa manis kurma terlebih bila anda makan dalam jumlah yang cukup banyak minimal 3 biji misalnya atau minum air minum beberapa tegak, niscaya meredam selera makan anda.
Dan mungkin praktek balas dendam semacam ini adalah salah satu alasan mengapa puasa yang selama ini kita kerjakan hanya mendatangkan rasa haus dan dahaga semata, bukan melipat gandakan takwa kita.
Karena itu hindarilah praktek balas dendam, dan cobalah menerapkan sunnah Nabi dalam urusan makan, yaitu makanlah hanya sepertiga kantung perut anda, dan minumlah sepertiga perut anda, sedangkan sepertiga sisanya biarkan untuk ruang bernafas anda.

✽.•°•.☆.•°•✽.•°•☆.•°•✽.•°•.☆.•°•✽.•°•☆.•°•✽

Tidak ada komentar:

Posting Komentar