Selasa, 03 September 2013

Dicaci Tak Perlu Dibalas; Mencaci Segera Meminta Maaf

Dicaci Tak Perlu Dibalas; Mencaci Segera Meminta Maaf.


Dalam bergaul, bermuamalah dengan sesama, terkadang terjadi perkara caci maki.
Bagaimana kita bersikap…?
A. Dicaci.
Apabila ada seseorang yang mencaci-maki kita, maka hendaknya bersabar. Tidak membalas cacian, niscaya mendapat keutamaan.
Diriwayatkan dalam suatu hadits:
Ada dua orang yang saling mencaci di hadapan Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Salah satu dari keduanya mencela yang lain, sedangkan yang dicela terdiam saja.
Tak lama kemudian, orang yang dicaci tersebut membalas cacian dengan mengucapkan suatu ucapan.
Maka Nabi shallallahu’alaihi wasallam berdiri. Lalu orang (yang membalas celaan) berkata,
“Wahai Rasulullah, tatkala aku membalas sebagian caciannya (mengapa) engkau berdiri…”
Nabi menjawab, “Awalnya malaikat membelamu. Namun ketika engkau membalas caciannya, setan datang. Dan aku tidak ingin duduk bersama setan…”
(HR Abu Daud, Ahmad, Syarhus Sunnah al-Baghawi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Salim al-Hilali)
Membalas boleh saja. Namun memaafkan lebih utama. Apalagi mendoakan.
B. Mencaci.
Apabila kita “terlanjur” mencaci seseorang, hendaknya bersegera meminta maaf dan mendoakan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
اللَّهُمَّ فَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ سَبَبْتُهُ فَاجْعَلْ ذَلِكَ لَهُ قُرْبَةً إِلَيْكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Ya Allah, siapa saja di antara orang mukmin yang aku caci, maka jadikanlah hal itu sebagai sarana yang mendekatkan dirinya kepadaMu pada hari Kiamat….” (HR. Bukhari, Muslim)
Sungguh indah ajaran Islam.

@SahabatIlmu

✽̈♡♡♡✽̈♡♡♡✽̈♡♡♡✽̈♡♡♡✽̈

Tidak ada komentar:

Posting Komentar