Hukum Qurban.
Ditulioleh : أُسْتَاذُ Abu Asma Kholid Syamhudi Al Bantani, Lc - حفظه الله تعالى
Qurban merupakan salah satu sembelihan yang disyariatkan sebagai ibadah dan amalan mendekatkan diri kepada Allah.
Hal inilah yang dinyatakan Ibnul Qayyim dalam pernyataan beliau: “Sembelihan-sembelihan yang menjadi amalan mendekatkan diri kepada Allah dan ibadah adalah Al Hadyu, Al Adhhiyah (Qurban) dan Al Aqiqah”.
Demikianlah pensyariatannya sudah merupakan ijma’ (consensus) yang disepakati kaum muslimin.
Namun tentang hukumnya masih diperselisihkan para ulama dalam beberapa pendapat.
1. Wajib bagi yang mampu, inilah pendapat Abu Hanifah dan Maalik. Madzhab inipun dinukil dari Rabi’ah Al Ra’yi, Al Auzaa’ie, Al Laits bin Sa’ad dan salah satu riwayat dari Ahmad. Bin Hambal.
Pendapat ini dirojihkan oleh Ibnu Taimiyah dan Syeikh Ibnu Utsaimin berkata: “Pendapat yang mewajibkan bagi orang yang mampu adalah kuat, karena banyaknya dalil yang menunjukkan perhatian dan kepedulian Allah padanya”
1. Sunnah atau sunnah muakkad bagi yang mampu, inilah pendapat Jumhur Ulama dan Al Hafidz ibnu Hajar menukil pernyataan Ibnu Hazm yang menyatakan:
“Tidak shohih dari seorangpun dari para sahabat yang menyatakan kewajibannya. Yang benar Qurban tidak wajib menurut Jumhur dan tidak ada perselisihan bahwa ia merupakan salah satu syiar agama”.
3. Fardhu Kifayah, ini merupakan satu pendapat dalam madzhab Syafi’i Dalil pendapat pertama adalah: Hadits Al Bara’ bin ‘Aazib, beliau berkata: ذَبَحَ أَبُو بُرْدَةَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْدِلْهَا قَالَ لَيْسَ عِنْدِي إِلَّا جَذَعَةٌ قَالَ اجْعَلْهَا مَكَانَهَا وَلَنْ تَجْزِيَ عَنْ أَحَدٍ بَعْدَكَ
Abu Burah telah menyembelih Qurban sebelum sholat (Ied) lalu Nabi n berkata kepadanya: Gantilah, beliau menjawab: saya tidak punya kecuali Jaz’ah. Maka beliau berkata: Jadikanlah ia sebagai penggantinya dan hal itu tidak berlaku pada seorangpun setelahmu. (Muttafaqun ‘Alaihi)
♧°˚˚˚°♧♧°˚˚˚°♧♧°˚˚˚°♧♧°˚˚˚°♧
Ditulioleh : أُسْتَاذُ Abu Asma Kholid Syamhudi Al Bantani, Lc - حفظه الله تعالى
Qurban merupakan salah satu sembelihan yang disyariatkan sebagai ibadah dan amalan mendekatkan diri kepada Allah.
Hal inilah yang dinyatakan Ibnul Qayyim dalam pernyataan beliau: “Sembelihan-sembelihan yang menjadi amalan mendekatkan diri kepada Allah dan ibadah adalah Al Hadyu, Al Adhhiyah (Qurban) dan Al Aqiqah”.
Demikianlah pensyariatannya sudah merupakan ijma’ (consensus) yang disepakati kaum muslimin.
Namun tentang hukumnya masih diperselisihkan para ulama dalam beberapa pendapat.
1. Wajib bagi yang mampu, inilah pendapat Abu Hanifah dan Maalik. Madzhab inipun dinukil dari Rabi’ah Al Ra’yi, Al Auzaa’ie, Al Laits bin Sa’ad dan salah satu riwayat dari Ahmad. Bin Hambal.
Pendapat ini dirojihkan oleh Ibnu Taimiyah dan Syeikh Ibnu Utsaimin berkata: “Pendapat yang mewajibkan bagi orang yang mampu adalah kuat, karena banyaknya dalil yang menunjukkan perhatian dan kepedulian Allah padanya”
1. Sunnah atau sunnah muakkad bagi yang mampu, inilah pendapat Jumhur Ulama dan Al Hafidz ibnu Hajar menukil pernyataan Ibnu Hazm yang menyatakan:
“Tidak shohih dari seorangpun dari para sahabat yang menyatakan kewajibannya. Yang benar Qurban tidak wajib menurut Jumhur dan tidak ada perselisihan bahwa ia merupakan salah satu syiar agama”.
3. Fardhu Kifayah, ini merupakan satu pendapat dalam madzhab Syafi’i Dalil pendapat pertama adalah: Hadits Al Bara’ bin ‘Aazib, beliau berkata: ذَبَحَ أَبُو بُرْدَةَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْدِلْهَا قَالَ لَيْسَ عِنْدِي إِلَّا جَذَعَةٌ قَالَ اجْعَلْهَا مَكَانَهَا وَلَنْ تَجْزِيَ عَنْ أَحَدٍ بَعْدَكَ
Abu Burah telah menyembelih Qurban sebelum sholat (Ied) lalu Nabi n berkata kepadanya: Gantilah, beliau menjawab: saya tidak punya kecuali Jaz’ah. Maka beliau berkata: Jadikanlah ia sebagai penggantinya dan hal itu tidak berlaku pada seorangpun setelahmu. (Muttafaqun ‘Alaihi)
♧°˚˚˚°♧♧°˚˚˚°♧♧°˚˚˚°♧♧°˚˚˚°♧
Tidak ada komentar:
Posting Komentar