"BAGAIMANA ISLAM DALAM MENDIDIK ISTRI YANG NUSYUZ??"
ALLAH subhaanahu wa taala berfirman:
Dan istri-istri yang kalian khawatirkan nusyuz mereka maka berilah
mau’izhah kepada mereka, boikotlah mereka di tempat tidur, dan pukullah
mereka. Namun bila kemudian mereka menaati kalian maka tidak boleh bagi
kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka.” (An-Nisa`: 34)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir
As-Sa’di t dalam tafsirnya berkata, “ALLAH berfirman, ‘Dan istri-istri
yang kalian khawatirkan nusyuz mereka’, maksudnya mereka menarik diri
dari menaati suami mereka dengan bermaksiat (tidak patuh) kepada suami,
baik dengan ucapan ataupun perbuatan, maka suami hendaknya memberikan
pengajaran/adab kepada si istri dengan cara yang paling mudah/ringan.
Yang dimaksud dengan cara yang paling mudah/ringan.
Pertama;
“berilah mau’izhah/nasehat kepada mereka” (Nasehat yang baik serta
lemah lembut dalam menasehatinya), dengan menerangkan hukum Allah dalam
perkara ketaatan dan maksiat kepada suami dan memberikan anjuran untuk
taat kepada suami serta menakuti-nakuti dengan akibat yang didapatkan
apabila bermaksiat kepada suami. Bila si istri berhenti dari
perbuatannya maka itulah yang diinginkan. Namun bila tetap terus dalam
perbuatan nusyuznya, dalam artian nasihat yg sudah disampaikan tidak
mempan, maka tahapan berikutnya yaitu
kedua:
Diboikot/didiamkan di tempat tidur mereka dengan tidak mau “tidur”
bersamanya, serta tidak menggaulinya sekadar waktu yang dengannya
tercapai maksud (istri menjadi sadar akan perbuatannya).
Ketiga:
Apabila tidak berhasil juga, barulah pindah ke tahap selanjutnya yaitu
dipukul dengan pukulan yang tidak keras (pukulan yg tdk memberikan bekas
dan tidak memukul wajahnya).
Apabila telah tercapai tujuan
(istri tidak lagi berbuat nusyuz) dengan salah satu dari beberapa
tahapan di atas dan istri kalian kembali menaati kalian, “maka tidak
boleh bagi kalian (para suami) mencari-cari jalan untuk
menyusahkan/menyulitkan mereka”, maksudnya adalah telah tercapai apa
yang kalian sukai/inginkan, maka janganlah kalian mencela dan mencerca
mereka dalam kesalahan-kesalahan mereka yang telah lalu, dan jangan
menyelidiki/mencari-cari kesalahan yang akan bermudarat bila disebutkan
serta menjadi sebab timbulnya kejelekan.
(Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 166)
Untuk itu ikhwah sekalian bersabarlah dengannya, bergaulah dg baik
serta nasehatilah mereka dg lemah lembut serta doakan mereka dg
kebaikan, sebagaimana Nabi mendoakan kebaikan untuk istri-istrinya
(ini yg kita sering lupakan, yaitu mendoakannya) dan didiklah mereka
dengan bimbingan Alqur'an dan Sunnah, tentunya yg demikian bisa tercapai
apabila dirimu (para suami) terdidik diatas bimbingan alqur'an dan
sunnah.
Ditulis oleh : أُسْتَاذُ Ahmad Ferry Nasution (Abu Urwah) - حفظه الله تعالى
┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈
Tidak ada komentar:
Posting Komentar