Mencari Ridha Siapa?
Saat melakukan sesuatu terkadang ada kekhawatiran manusia memandang lain, berbeda dengan niatan kita.
Demikian pula saat kita meninggalkan yang tidak ada tuntunannya.
Berjilbab dikomentari…
Tidak merayakan tahun baru dipertanyakan…
Lalu, apa patokannya..?!
Tatkala Mu’awiyyah radhiyallahu ‘anhu menulis surat kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha untuk meminta nasihat.
‘Aisyah pun menuliskan kepada Mu’awiyah,
Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ
“Barangsiapa yang menggapai keridhaan Allah saat manusia tidak suka, maka Allah cukupkan dia dari beban manusia.
وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ
Dan barangsiapa yang meraih keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, maka Allah akan serahkan dia bergantung pada manusia…” (Shahih, HR. at-Tirmidzi: 2414, Ibnu Hibban: 276)
Maka ketentuan Allah yang menjadi acuan.
Agar tiada lagi ucapan,
“berbuat dikomentari, tak melakukan dipertanyakan…”
Sebagaimana perkataan Imam asy-Syafi’i rahimahullah,
رِضَا النَّاسِ غَايَةٌ لاَ تُدْرَكُ
“Menggapai keridhan seluruh manusia merupakan tujuan yang tidak mungkin bisa digapai…”
@sahabatilmu
*•☆°• •°☆•**•☆°• •°☆•**•☆*•☆°• •°☆•
Tidak ada komentar:
Posting Komentar