Jumat, 27 Desember 2013

Keutamaan Ulama Robbani Dan Bahaya Pemimpin Yang Bodoh

Keutamaan Ulama Robbani Dan Bahaya Pemimpin Yang Bodoh
Ditulis oleh : أُسْتَاذُ Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc MA - حفظه الله تعالى




عَنْ عَبْدِ الله بن عَمْرِو بن العاصِ ” رضي الله عنهما ” قال : سَمِعْت رسول الله صلى الله عليه وسلَّم يقول :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

(رواه البخاري ومسلم)



Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu anhuma, ia berkata:

Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (syar’i) dengan sekali cabut dari hati manusia. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ‘ulama. Kalau Allah tidak lagi menyisakan seorang ‘ulama pun, maka manusia akan menjadikan pemimpin-pemimpin yang bodoh. Kemudian para pemimpin bodoh tersebut akan ditanya dan mereka pun berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan. (Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari nomor hadits: 100, 7307, dan imam Muslim nomor hadits: 2673)



BEBERAPA PELAJARAN PENTING DAN FAEDAH ILMIYAH YANG DAPAT DIAMBIL DARI HADITS INI:



1. Hadits ini menunjukkan akan agungnya nikmat ilmu syar’i yang Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki.



2. Betapa tinggi dan agungnya kedudukan para ulama robbani yang senantiasa menyeru dan mengajarkan kepada umat manusia Kitabullah (AL-Quran Al-Karim) dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (hadits-hadits yang shohih) dengan pemahaman yang lurus dan benar.



Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata: “Wajib atas kalian untuk menuntut ilmu, sebelum ilmu tersebut dihilangkan. Hilangnya ilmu adalah dengan wafatnya para ‘ulama. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh orang-orang yang terbunuh di jalan Allah sebagai syuhada, mereka sangat menginginkan agar Allah membangkitkan mereka dengan kedudukan seperti kedudukannya para ‘ulama, karena mereka melihat begitu besarnya kemuliaan para ‘ulama. Sungguh tidak ada seorang pun yang dilahirkan dalam keadaan sudah berilmu. Ilmu itu tidak lain didapat dengan cara belajar.” (Lihat Al-’Imu, karya Ibnul Qayyim, hal.94)



3. Wafatnya para ulama robbani merupakan musibah terbesar yang menimpa umat Islam. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah imam para ulama robbani.



Al-Imam Ayyub As-Sakhtiyani rahimahullah berkata :

“Sungguh ketika sampai kepadaku (berita) kematian seorang (ulama) dari Ahlus Sunnah, maka seakan-akan hilanglah satu anggota tubuhku.”



Diriwayatkan dari Asy-Sya’bi, dari Masruq dari Ibnu Mas’ud, bahwa beliau berkata : “Tidaklah datang suatu masa melainkan pasti lebih buruk daripada masa sebelumnya. Maksud saya bukanlah seorang pemimpin lebih baik daripada pemimpin lainnya, bukan pula suatu tahun lebih baik daripada tahun lainnya. Namun maksud saya adalah perginya para ‘ulama dan ahli fiqh, kemudian kalian tidak menemukan penggantinya. Lalu datanglah suatu kaum yang berfatwa atas dasar logika mereka.” (Lihat Fathul Bari, syarh hadits no. 7068)



Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata : “Para ‘ulama Salaf mengatakan: “Kematian seorang ‘ulama (robbani) adalah cela dalam tubuh Islam. Tidak mungkin ditambal dengan apapun sepanjang zaman.” (Diriwayatkan oleh Ad-Darimi no.324)



Hilal bin Khabbab rahimahullah berkata: Saya bertanya kepada Sa’id bin Jubair : “Wahai Abu Abdillah, apakah tanda kehancuran manusia?” Beliau menjawab : “Apabila ‘ulama-’ulama mereka telah wafat.” (Diriwayatkan oleh Ad-Darimi no.251)



4. Hadits ini juga menunjukkan betapa besar ambisi orang-orang bodoh dan sesat untuk menjadi imam dan pemimpin bagi kaum muslimin.



5. Kaum muslimin senantiasa merasa butuh akan keberadaan para ulama robbani yang dapat menuntun mereka ke jalan kebaikan, kebenaran dan keselamatan, serta memperingatkan mereka dari setiap keburukan, kesesatan dan kebinasaan.



6. Betapa besarnya ambisi orang-orang bodoh lagi sesat untuk berpenampilan dan bertingkah seperti para ulama. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui bahwa keberadaan para ulama robbani selalu dibutuhkan oleh manusia.



7. Betapa besarnya bahaya berbicara tentang agama tanpa ilmu. Hal ini dikarena mudhorot yang ditimbulkannya akan menimpa individu dan masyarakat muslim secara merata.



8. Betapa besarnya dosa orang yang berfatwa tanpa dasar ilmu syar’i yang kuat dan benar. Dimana Ia akan menanggung dosa sebanyak orang-orang yang tersesat akibat fatwanya.



Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :



وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ, كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ, لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أوزارهم شَيْئًا



“Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosanya dan dosa para pengikutnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim dari jalan Abu Hurairah radhiyallahu anhu)



9. Barangsiapa yang ingin terjun ke medan dakwah dan memperbaiki keadaan umat manusia, maka hendaknya Ia bersungguh-sungguh untuk membekali dirinya dengan ilmu syar’i yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan manhaj (pemahaman) yang benar. Sebab, orang yang berdakwah kepada Allah dengan niat yang baik dan semangat yang tinggi namun tanpa bekal ilmu syar’i yang cukup, maka Ia akan lebih banyak merusak keadaan umat daripada memperbaikinya.



10. Besarnya dosa orang yang menghina dan mencaci maki para ulama robbani serta menjauhkan manusia Dari menimba ilmu kepada mereka.



11. Diantara sebab utama tersebarnya bid’ah-bid’ah di tengah masyarakat Muslim ialah Tidak Adanya ulama robbani, atau menjadikan manusia merasa tidak butuh kepada ilmu yang diajarkan Oleh para ulama robbani.



Demikianlah beberapa pelajaran penting dan faedah ilmiyah yang dapat kita ambil Dari hadits ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.



Madinah, 24 Desember 2013


♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇

Tidak ada komentar:

Posting Komentar