Selasa, 10 Desember 2013

Kedustaan Berantai

Kedustaan Berantai.






Sebagaimana kejujuran yang satu bersambung dengan lainnya dan amal kebajikan satu berlanjut amal shalih lainnya.
Demikian pula kedustaan.. Ia akan berantai hingga menjadi sifat buruk seseorang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
“Sesungguhnya kejujuran adalah sebuah kebaikan, sedangkan kebajikan akan menuntun seseorang menuju surga.
Sesungguhnya seorang hamba senantiasa jujur hingga ia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
Adapun sesungguhnya kedustaan adalah sebuah kekejian, sedangkan kekejian akan menuntun seseorang menuju neraka.
Sesungguhnya seorang hamba senantiasa berdusta hingga ia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta…” (HR. Muslim: 4720)
Contoh mudah:
Seorang yang belum sarapan kemudian ditawari makan,
“Ayo, silahkan makan..” “Saya sudah makan kog..” (Dusta)
“Ooh, makan dimana…?” “Hmm.. Makan di warung sana itu…” (Dusta lagi)
“Warung disana itu menunya enak-enak. Tadi makan pakai apa…?” “(Glek), pakai sayur, telur dan ikan…” (Dusta berantai)
Kasihan, malang nian nasib si pendusta.
Di dunia tiada lagi yang percaya, di akhirat masuk neraka..
@sahabatilmu
•☆°• •°☆•**•☆°• •°☆•**•☆*•☆°• •°☆•
Canda Tanpa Dusta.
Canda merupakan perkara yang menghiasi kehidupan kita. Diperbolehkan bercanda, namun hindari dusta.
A. Rumah Di Tengah Surga.
Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
أنا زعيم… وببيت فى وسط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحا
”(Aku menjamin) sebuah rumah di bagian tengah Surga bagi orang yang meninggalkan dusta walaupun bercanda…” (Hasan, HR. Abu Dawud; Shahih at-Targhib Al-Albani)
B. Celaka.
Adapun bagi orang yang berdusta dalam canda, terdapat ancaman dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَيْلٌ للَّذِي يُحَدِّ ثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْخِكَ بِهِ الْقَوْمَ ويْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah bagi seseorang yang berucap dusta agar orang lain tertawa. Celakalah ia, celakalah ia…” (HR Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Shahihul Jami’: 7126)
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bercanda, namun tanpa dusta,
إِنِّي لأَمْزَحُ وَلاَ أَقُوْلُ إِلاَّ حَقًا
“Sesungguhnya aku juga bercanda, tetapi tidaklah aku mengatakan melainkan yang benar…” (HR ath-Thabrani, Shahihul Jami’: 2494)
Canda itu seperti garam bagi sayuran. Tiadanya menjadikan hambar, berlebihnya membuat tak sedap.
Apalagi bila ditambahi bumbu dusta, rusak sudah kenikmatan canda.


@sahabatilmu

♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇

Tidak ada komentar:

Posting Komentar