Hukum Shalat Di Belakang Ahlul Bid’ah
Ahlus Sunnah menganggap shalat berjama’ah di belakang imam baik yang
shalih maupun yang fasik dari kaum Muslimin adalah sah. Dan menshalatkan
siapa saja yang meninggal di antara mereka.
Dalam Shahiihul
Bukhari disebutkan bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma pernah
shalat dengan bermakmum kepada al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi. Padahal
al-Hajjaj adalah orang yang fasik dan
bengis. ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma adalah seorang Sahabat
yang sangat hati-hati dalam menjaga dan mengikuti Sunnah Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan al-Hajjaj bin Yusuf adalah
orang yang terkenal paling fasik.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
يُصَلُّوْنَ لَكُمْ، فَإِنْ أَصَابُوْا فَلَكُمْ وَلَهُمْ، وَإِنْ أَخْطَأُوْا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ.
“Mereka shalat mengimami kalian. Apabila mereka benar, kalian dan
mereka mendapatkan pahala. Apabila mereka keliru, kalian mendapat pahala
sedangkan mereka mendapat dosa.” (HR. Bukhari 694 dan Ahmad II/355,
573)
Imam Hasan al-Bashri (wafat th. 110 H) rahimahullah pernah
ditanya tentang boleh atau tidaknya shalat di belakang ahlul bid’ah,
beliau menjawab: “Shalatlah di belakangnya dan ia yang menanggung dosa
bid’ahnya.”
Ketahuilah bahwasanya seseorang boleh shalat
bermakmum kepada orang yang tidak dia ketahui bahwa ia memiliki
kebid’ahan atau kefasikan berdasarkan kesepakatan para ulama.
Ahli bid’ah maupun pelaku maksiat, pada asalnya shalatnya adalah sah.
Apabila seseorang shalat bermakmum kepadanya, shalatnya tidak menjadi
batal. Namun ada ulama yang menganggapnya makruh. Karena amar ma’ruf
nahi munkar itu wajib hukumnya. Di antaranya bahwa orang yang
menampakkan kebid’ahan dan kefasikannya, jangan sampai ia menjadi imam
rutin (rawatib) bagi kaum Muslimin.
Ditulis oleh : أُسْتَاذُ Yazid bin Abdul Qadir Jawas - حفظه الله تعالى
┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈
Sabtu, 30 November 2013
Harga diri anda hanya terletak pada hati anda
Harga diri anda hanya terletak pada hati anda
Bila hati anda suci dengan iman dan taqwa, maka anda berharga walau dihina oleh orang.
Namun bila hati anda penuh dengan noda maka anda adalah manusia hina walau anda disanjung orang
Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Sejatinya orang paling mulia dr kalian di sisi Allah adalah orang paling bertaqwa diantara kalian (Surat Al Hujurot ayat 13)
Nabi Shallallahu alihi wasallam bersabda :
ان الله لا ينظر الى اجسادكم ولا الى صوركم ولكن ينظر الى قلوبكم
Sejatinya Allah tidaklah melihat tubuh kalian, tidak pula kepada penampilan kalian, namun Allah melihat hati-hati kalian (Riwayat Muslim)
Sudahkah hati anda setampan paras dan penampilan anda?....
Sudahkan hati anda secantik raut wajah anda?...
Sudahkan jiwa anda seharum aroma parfum anda?...
Nasehat Al Ustadz Dr.Muhammad Arifin Badri MA - حفظه الله
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Bila hati anda suci dengan iman dan taqwa, maka anda berharga walau dihina oleh orang.
Namun bila hati anda penuh dengan noda maka anda adalah manusia hina walau anda disanjung orang
Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Sejatinya orang paling mulia dr kalian di sisi Allah adalah orang paling bertaqwa diantara kalian (Surat Al Hujurot ayat 13)
Nabi Shallallahu alihi wasallam bersabda :
ان الله لا ينظر الى اجسادكم ولا الى صوركم ولكن ينظر الى قلوبكم
Sejatinya Allah tidaklah melihat tubuh kalian, tidak pula kepada penampilan kalian, namun Allah melihat hati-hati kalian (Riwayat Muslim)
Sudahkah hati anda setampan paras dan penampilan anda?....
Sudahkan hati anda secantik raut wajah anda?...
Sudahkan jiwa anda seharum aroma parfum anda?...
Nasehat Al Ustadz Dr.Muhammad Arifin Badri MA - حفظه الله
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
INILAH WANITA
INILAH WANITA .
Sobat, membicarakan perihal wanita apalagi yang cantik jelita pastilah mengasyikkan. Setiap lelaki senang membicarakan hal itu, asalkan tidak kebablasan alias kelewat batas kesantunan dan tuntunan syariat.
Sah sah saja anda memiliki persepsi atau gambaran, Tentang wanita! Katuhuilah, apapun gambaran anda tentang wanita, kita pasti memiliki batas sepakat. Kita sepakat bahwa wanita itu identik dengan keindahan, kelemah lembutan dan perhiasan.
Semakin seorang wanita lembut, pandai berhias, dan patuh alias nurut kepada suami, maka semakin indah wanita tersebut, dan andapun semakin terpikat dengannya. Namun sebaliknya, bila wanita tegas, keras dan pandai berdebat bahkan mengalahkan suaminya, Biasanya anda ciut bahkan segan untuk mendekati alih alih menikahinya.
Sebagai lelaki anda pasti gengsi alias ogah bila dikuasai apalagi ditindas oleh wanita yang normalnya lebih lemah dibanding anda. Sewajarnya anda berhasrat untuk menguasai dan memiliki mereka, bukan mereka yang mengatur dan mengusai anda.
Sobat, persepsi anda tentang wanita semacam ini adalah wajar dan alami, bahkan dalam Al Qur'an juga diisyaratkan demikian. Simaklah firman Allah beriku:
أَوَمَن يُنَشَّأُ فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِينٍ
Apakah wanita yang dirawat/ dibesarkan dalam perhiasan dan dia itu biasanya bila beradu argumentasi tidak kuasa menjelaskan maksudnya. ( az Zukhruf 18)
Bila dalam urusan rumah tangga, anda ogah untuk dipimpin dan diatur atur oleh wanita karena berbagai alasan di atas dan juga lainnya, namun mengapa anda menutup mata dalam urusan negara? Dalam urusan yang lebih besar dan luas cakupannya, mengapa anda membuka peluang bagi wanita untuk memimpin anda?
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Dr Muhammad Arifin Badri, MA - حفظه الله تعالى
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Sobat, membicarakan perihal wanita apalagi yang cantik jelita pastilah mengasyikkan. Setiap lelaki senang membicarakan hal itu, asalkan tidak kebablasan alias kelewat batas kesantunan dan tuntunan syariat.
Sah sah saja anda memiliki persepsi atau gambaran, Tentang wanita! Katuhuilah, apapun gambaran anda tentang wanita, kita pasti memiliki batas sepakat. Kita sepakat bahwa wanita itu identik dengan keindahan, kelemah lembutan dan perhiasan.
Semakin seorang wanita lembut, pandai berhias, dan patuh alias nurut kepada suami, maka semakin indah wanita tersebut, dan andapun semakin terpikat dengannya. Namun sebaliknya, bila wanita tegas, keras dan pandai berdebat bahkan mengalahkan suaminya, Biasanya anda ciut bahkan segan untuk mendekati alih alih menikahinya.
Sebagai lelaki anda pasti gengsi alias ogah bila dikuasai apalagi ditindas oleh wanita yang normalnya lebih lemah dibanding anda. Sewajarnya anda berhasrat untuk menguasai dan memiliki mereka, bukan mereka yang mengatur dan mengusai anda.
Sobat, persepsi anda tentang wanita semacam ini adalah wajar dan alami, bahkan dalam Al Qur'an juga diisyaratkan demikian. Simaklah firman Allah beriku:
أَوَمَن يُنَشَّأُ فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبِينٍ
Apakah wanita yang dirawat/ dibesarkan dalam perhiasan dan dia itu biasanya bila beradu argumentasi tidak kuasa menjelaskan maksudnya. ( az Zukhruf 18)
Bila dalam urusan rumah tangga, anda ogah untuk dipimpin dan diatur atur oleh wanita karena berbagai alasan di atas dan juga lainnya, namun mengapa anda menutup mata dalam urusan negara? Dalam urusan yang lebih besar dan luas cakupannya, mengapa anda membuka peluang bagi wanita untuk memimpin anda?
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Dr Muhammad Arifin Badri, MA - حفظه الله تعالى
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
MENJAGA JAM KERJA UNTUK KEPENTINGAN PEKERJAAN ADALAH AMANAH
MENJAGA JAM KERJA UNTUK KEPENTINGAN PEKERJAAN ADALAH AMANAH.
Wajib bagi seorang pegawai atau pekerja untuk menggunakan waktu jam kerja untuk urusan pekerjaan yang telah diamanahkan.
Tidak boleh ia menggunakan waktu jam kerja pada perkara-perkara lain selain pekerjaan tsb.
Dan tidak boleh ia menggunakan waktu itu atau sebagian dari waktu tsb untuk kepentingan pribadinya, atau kepentingan orang lain apabila tidak ada kaitannya dengan pekerjaan.
Hal ini dikarenakan jam kerja bukanlah milik pegawai atau pekerja, akan tetapi untuk upah/gaji yg ia dibayar dengannya. Krn hal tsb akan mempengaruhi halal dan haramnya makan yg ia peroleh dari kerjaan tsb.
Syaikh Al-Mu’ammar bin Ali Al-Baghdadi (507H) telah menasihati Perdana Menteri Nizhamul Muluk dengan nasihat yang dalam dan berfedah. Di antara yang dikatakannya diawal nasihatnya itu.
“Suatu hal yang telah maklum wahhai perdana mentri! Bahwasanya setiap individu masyarakat bebas untuk datang dan pergi, jika mereka menghendaki mereka bisa ada ditempat atau bepergian semaunya.
Adapun orang yang terpilih menjabat kepemimpinan maka dia tidak bebas untuk bepergian, karena orang yang berada di atas pemerintahan adalah amir (pemimpin) dan dia pada hakikatnya orang upahan, ia telah menjual waktunya dan mengambil gajinya. Maka tidak tersisa dari siangnya yang dia gunakan sesuai keinginannya, dan dia tidak boleh shalat sunat, serta I’tikaf… karena itu adalah keutamaan sedangkan ini adalah wajib”.
Di antara nasihatnya, “Maka hidupkanlah kuburanmu sebagaimana engkau menghidupkan istanamu”
Dan sebagaimana seseorang ingin mengambil upahnya dengan sempurna serta tidak ingin dikurangi bagiannya sedikitpun, maka hendaklah ia tidak mengurangi sedikitpun dari jam kerjanya untuk sesuatu yang bukan kepentingan kerja.
Allah telah mencela Al-Muthaffifin (orang-orang yang curang) dalam timbangan, yang menuntut hak mereka dengan sempurna dan mengurangi hak-hak orang lain.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ أَلَا يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ لِيَوْمٍ عَظِيمٍ يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah oran-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. Yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam” [Al-Muthaffifin : 1-6]
Sehingga tiada perbedaan mencuri bobot timbangan atau mencuri waktu bekerja..!
Sumber : kitab Kaifa Yuaddi Al-Muwazhzhaf Al-Amanah, Penerbit Daarul Qasim
Penulis: Syaikh Abdul Muhsin bin Hamad Al-Abad
Semoga bisa menjadi renungan..
Sangat disayangkan banyak kaum muslimin yg menganggap hal ini enteng..
padahal tiada yg luput dari pandangan Allah Ta'ala..
بارك اللّه فيك
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc - حفظه الله تعالى
♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥
Wajib bagi seorang pegawai atau pekerja untuk menggunakan waktu jam kerja untuk urusan pekerjaan yang telah diamanahkan.
Tidak boleh ia menggunakan waktu jam kerja pada perkara-perkara lain selain pekerjaan tsb.
Dan tidak boleh ia menggunakan waktu itu atau sebagian dari waktu tsb untuk kepentingan pribadinya, atau kepentingan orang lain apabila tidak ada kaitannya dengan pekerjaan.
Hal ini dikarenakan jam kerja bukanlah milik pegawai atau pekerja, akan tetapi untuk upah/gaji yg ia dibayar dengannya. Krn hal tsb akan mempengaruhi halal dan haramnya makan yg ia peroleh dari kerjaan tsb.
Syaikh Al-Mu’ammar bin Ali Al-Baghdadi (507H) telah menasihati Perdana Menteri Nizhamul Muluk dengan nasihat yang dalam dan berfedah. Di antara yang dikatakannya diawal nasihatnya itu.
“Suatu hal yang telah maklum wahhai perdana mentri! Bahwasanya setiap individu masyarakat bebas untuk datang dan pergi, jika mereka menghendaki mereka bisa ada ditempat atau bepergian semaunya.
Adapun orang yang terpilih menjabat kepemimpinan maka dia tidak bebas untuk bepergian, karena orang yang berada di atas pemerintahan adalah amir (pemimpin) dan dia pada hakikatnya orang upahan, ia telah menjual waktunya dan mengambil gajinya. Maka tidak tersisa dari siangnya yang dia gunakan sesuai keinginannya, dan dia tidak boleh shalat sunat, serta I’tikaf… karena itu adalah keutamaan sedangkan ini adalah wajib”.
Di antara nasihatnya, “Maka hidupkanlah kuburanmu sebagaimana engkau menghidupkan istanamu”
Dan sebagaimana seseorang ingin mengambil upahnya dengan sempurna serta tidak ingin dikurangi bagiannya sedikitpun, maka hendaklah ia tidak mengurangi sedikitpun dari jam kerjanya untuk sesuatu yang bukan kepentingan kerja.
Allah telah mencela Al-Muthaffifin (orang-orang yang curang) dalam timbangan, yang menuntut hak mereka dengan sempurna dan mengurangi hak-hak orang lain.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ أَلَا يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ لِيَوْمٍ عَظِيمٍ يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah oran-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. Yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam” [Al-Muthaffifin : 1-6]
Sehingga tiada perbedaan mencuri bobot timbangan atau mencuri waktu bekerja..!
Sumber : kitab Kaifa Yuaddi Al-Muwazhzhaf Al-Amanah, Penerbit Daarul Qasim
Penulis: Syaikh Abdul Muhsin bin Hamad Al-Abad
Semoga bisa menjadi renungan..
Sangat disayangkan banyak kaum muslimin yg menganggap hal ini enteng..
padahal tiada yg luput dari pandangan Allah Ta'ala..
بارك اللّه فيك
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc - حفظه الله تعالى
♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥
Inflasi Dagelan Para Rentenir
Inflasi Dagelan Para Rentenir.
Bila saudara membaca, apalagi mengikuti perkembangan ekonomi dunia,niscaya menemukan kata inflasi selalui menjadi salah satu momok yang ditakuti. Pada sektor ekspor atau impor, atau industri, bahkan sampai pertanian masalah inflasi selalui menghantui, apalagi sektor keuangan atau perbankan.
Inflasi alias penurunan atau proses pelemahan daya beli masyarakat akibat pelemahan nilai tukar mata uang. Banyak alasan dan faktor yang menyebabkan terjadinya pelemahan ini.
Namun demikian, anehnya hantu ekonomi ini seakan sengaja dipelihara dan bahkan dikembang biakkan. Tak ayal lagi, masyarakat terus dihantui, bahkan menjadi korbannya.
Seakan masyarakat dunia telah beranggapan bahwa inflasi adalah satu kodrat ilahi yang tidak mungkin dirubah atau dihilangkan. Padahal urusan inflasi ini sangatlah mudah dihapuskan, namun sayangnya seakan ada kesepakatan tidak tertulis untuk mempertahankannya. Sejatinya bila masyarakat dunia berkeinginan, maka dengan mudah inflasi dihapuskan.
Mungkin anda berkata: aaah terlalu mengada ada atau mustahil bisa menghapuskannya.
Sobat, ketahuilah bila masyarakat menggunakan sistem islam, kembali menggunakan uang dinar atau dirham, dan penggunaan berbagai instrumen pembayaran non tunai dihapuskan atau minimal dibatasi, niscaya inflasi sirna. Dengan demikian akan terjadi keseimbangan antara peredaran mata uang dengan perputaran barang dan jasa di masyarakat. Akibatnya terjadilah pemerataan ekonomi bagi seluruh masyarakat, dan nilai mata uang stabil.
Memang pertumbuhan ekonomi melambat namun merata dan dinikmati oleh semua orang. Apalah artinya pertumbuhan pesat namun hanya dinikmati oleh segelintir orang, sedangkan mayoritas masyarakat terus menjadi tumbal.
Sobat, marilah kita kembali ke syariat islam, agama yang membawa rahmat bagi alam semesta.
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Dr Muhammad Arifin Badri - حفظه الله
┈┈»̶✽♈̷̴✽«̶┈┈
Bila saudara membaca, apalagi mengikuti perkembangan ekonomi dunia,niscaya menemukan kata inflasi selalui menjadi salah satu momok yang ditakuti. Pada sektor ekspor atau impor, atau industri, bahkan sampai pertanian masalah inflasi selalui menghantui, apalagi sektor keuangan atau perbankan.
Inflasi alias penurunan atau proses pelemahan daya beli masyarakat akibat pelemahan nilai tukar mata uang. Banyak alasan dan faktor yang menyebabkan terjadinya pelemahan ini.
Namun demikian, anehnya hantu ekonomi ini seakan sengaja dipelihara dan bahkan dikembang biakkan. Tak ayal lagi, masyarakat terus dihantui, bahkan menjadi korbannya.
Seakan masyarakat dunia telah beranggapan bahwa inflasi adalah satu kodrat ilahi yang tidak mungkin dirubah atau dihilangkan. Padahal urusan inflasi ini sangatlah mudah dihapuskan, namun sayangnya seakan ada kesepakatan tidak tertulis untuk mempertahankannya. Sejatinya bila masyarakat dunia berkeinginan, maka dengan mudah inflasi dihapuskan.
Mungkin anda berkata: aaah terlalu mengada ada atau mustahil bisa menghapuskannya.
Sobat, ketahuilah bila masyarakat menggunakan sistem islam, kembali menggunakan uang dinar atau dirham, dan penggunaan berbagai instrumen pembayaran non tunai dihapuskan atau minimal dibatasi, niscaya inflasi sirna. Dengan demikian akan terjadi keseimbangan antara peredaran mata uang dengan perputaran barang dan jasa di masyarakat. Akibatnya terjadilah pemerataan ekonomi bagi seluruh masyarakat, dan nilai mata uang stabil.
Memang pertumbuhan ekonomi melambat namun merata dan dinikmati oleh semua orang. Apalah artinya pertumbuhan pesat namun hanya dinikmati oleh segelintir orang, sedangkan mayoritas masyarakat terus menjadi tumbal.
Sobat, marilah kita kembali ke syariat islam, agama yang membawa rahmat bagi alam semesta.
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Dr Muhammad Arifin Badri - حفظه الله
┈┈»̶✽♈̷̴✽«̶┈┈
Udah berapa umur anda hari ini?
Udah berapa umur anda hari ini?
Mungkin langsung anda katakan sekian dan sekian, dg hitungan penanggalan masehi.. Padahal kalo dihitung dg penanggalan hijriyah pastinya anda lebih tua dari umur yg terhitung di akte kelahiran
Pernakah anda mendengar hadits berikut tentang kisaran umur? Dan ini tentunya dihitung dg tanggal hijriyah
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Rasulullah SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM , beliau bersabda:
“Umur umatku adalah antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit dari mereka yang melebihi itu” ini adalah hadits yang shahih, dikeluarkan oleh Imam at-Turmudzy (3550), Ibn Majah (4236), Ibn Hibban (II:96), al-Hakim (II:427). Sanadnya dinilai Hasan oleh al-Hafizh Ibn Hajar di dalam kitabnya Fathul Baary (XI:244) dan dinilai shahih oleh al-Hakim berdasarkan persyaratan Muslim. Penilaian ini disetujui Imam adz-Dzahaby. Hadits ini juga memiliki Syahid (riwayat pendukung) dari hadits Anas seperti itu juga, hanya saja di situ sabda beliau SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM berbunyi,
“Sedikit dari mereka yang mencapai usia 80 tahun.” Dikeluarkan oleh Abu Ya’la (jLD 5: 283) dan dinilai Shahih oleh Syaikh al-Albany di dalam kitabnya as-Silsilah as-Shahihah (757).
Semoga semakin dekatnya kita kpd ajal akan membuat diri kita semakin takut untuk berbuat maksiat..
آمــين اَللّهُمَّ آمــين
بَارَكَ اللَّهُ فِيْك
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc - حفظه الله تعالى
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Mungkin langsung anda katakan sekian dan sekian, dg hitungan penanggalan masehi.. Padahal kalo dihitung dg penanggalan hijriyah pastinya anda lebih tua dari umur yg terhitung di akte kelahiran
Pernakah anda mendengar hadits berikut tentang kisaran umur? Dan ini tentunya dihitung dg tanggal hijriyah
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Rasulullah SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM , beliau bersabda:
“Umur umatku adalah antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit dari mereka yang melebihi itu” ini adalah hadits yang shahih, dikeluarkan oleh Imam at-Turmudzy (3550), Ibn Majah (4236), Ibn Hibban (II:96), al-Hakim (II:427). Sanadnya dinilai Hasan oleh al-Hafizh Ibn Hajar di dalam kitabnya Fathul Baary (XI:244) dan dinilai shahih oleh al-Hakim berdasarkan persyaratan Muslim. Penilaian ini disetujui Imam adz-Dzahaby. Hadits ini juga memiliki Syahid (riwayat pendukung) dari hadits Anas seperti itu juga, hanya saja di situ sabda beliau SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM berbunyi,
“Sedikit dari mereka yang mencapai usia 80 tahun.” Dikeluarkan oleh Abu Ya’la (jLD 5: 283) dan dinilai Shahih oleh Syaikh al-Albany di dalam kitabnya as-Silsilah as-Shahihah (757).
Semoga semakin dekatnya kita kpd ajal akan membuat diri kita semakin takut untuk berbuat maksiat..
آمــين اَللّهُمَّ آمــين
بَارَكَ اللَّهُ فِيْك
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc - حفظه الله تعالى
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Sifat Tertawa Allah
Sifat Tertawa Allah
Dari Abu Burdah bin Abi Musa, dari bapaknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يتجلى لنا ربنا عز وجل يوم القيامة ضاحكا
“Allah akan memperlihatkan diriNya kepada kita nanti pada hari kiamat sambil tertawa.”
(H.R. Ibnu Huzaimah, Ath-Thabrani, Tamam, dan Ahmad)
Hadits ini memiliki penguat dari hadits riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, pada hadits berikut ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إذا جمع الله الأولى و الأخرى يوم القيامة , جاء الرب تبارك و تعالى إلى المؤمنين ,
فوقف عليهم , و المؤمنون على كوم ( فقالوا لعقبة : ما الكوم ؟ قال : مكان مرتفع )
فيقول : هل تعرفون ربكم ؟ فيقولون : إن عرفنا نفسه عرفناه , ثم
يقول لهم الثانية , فيضحك في وجوههم , فيخرون له سجدا
“Apabila Allah mengumpulkan manusia dari generasi awal sampai generasi akhir nanti di hari kiamat, maka Allah akan datang kepada kaum mukminin, lalu Allah berdiri di antara mereka, sementara kaum mukminin berada di sebuah tempat yang tinggi.
Lalu Allah berfirman, “Apakah kalian mengenal Rabb kalian?” Kaum mukminin menjawab, “Apabila Rabb kami memperkenalkan diriNya kepada kami, kami akan kenal.”
Lalu Allah mengulangi lagi ucapanNya, lalu Allah pun tertawa di hadapan kaum mukminin itu, lalu kaum mukminin pun sujud kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
(H.R. Ibnu Huzaimah)
Hadits ini menunjukkan di antara sifat Allah adalah tertawa.
Tapi ingat, sekali lagi, jangan membayangkan bagaimana tertawanya Allah.
Kenapa demikian?
Karena kita tak pernah bisa memmikirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita ini ibarat orang buta yang selama hidupnya buta kecuali 1 detik bisa melihat, sewaktu bisa melihat, kemudian melihatlah kita kepada kepala ayam, sehingga dalam hidup kita melihat kepala ayam, kalau dikatakan kepada kita tentang kepala kerbau, maka ingatnya kepala ayam.
Allah tidak mungkin serupa dengan makhluknya. Allah Ta’ala berfirman, “ليس كمثله شيء, “Allah tidak serupa dengan apa pun juga.“. Tertawanya Allah sesuai dengan keagungan Allah, kita wajib imani dengan sifat ini.
Hanya orang-orang yang pikirannya rusak saja yang menolak sifat tertawa, dengan mengatakan, “Mana mungkin Allah tertawa, tertawa itu kan sifat makhluk, Allah tidak serupa dengan makhlukNya. Jadi tidak boleh Allah disifati dengan sifat tertawa.”
Maka kita katakan, “Ya Akhi, kita tidak pernah menyerupakan Allah dengan makhluk. Tertawanya Allah tidak serupa dengan (sifat) tertawa (pada) makhlukNya, sebagaimana Mendengarnya Allah tidak serupa dengan (sifat) mendengar (pada) makhlukNya, Melihatnya Allah tidak serupa dengan (sifat) melihat (pada) makhlukNya. Tidak serupa!“
Maka kita tanyakan kepada orang-orang yang mengatakan Allah tidak tertawa itu, “Menurut kalian Allah punya keinginan, tidak?” Jika mereka menjawab, “Ya.” Maka kita katakan, “Bukankah makhluk juga berkeinginan?” Jika mereka menjawab, “Keinginan Allah kan tidak serupa dengan keinginan makhluk.”
Maka kita katakan, “Demikian pula, tertawanya Allah tidak serupa dengan tertawanya makhluk!”
Sebagaimana, “Menurut kamu, Allah berilmu, tidak?” Apabila dijawab, “Ya, berilmu dong!”
Maka kita katakan, “Manusia juga berilmu!” Kemudian apabila dijawab, “Tapi beda dong, ilmu Allah tidak sama dengan ilmu makhluk.”
Kita katakan, “Sama! Tertawanya Allah tidak serupa dengan tertawa makhluk!”
Tetapkan saja sifat tertawa bagi Allah sesuai dengan keagunganNya, tanpa kita menyerupakan bagaimana tertawanya sebagaimana tertawa makhluk.
Tidak boleh juga kita mempertanyakannya, bahkan pula tidak boleh membayangkannya.
*Kajian dari: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله تعالى
♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷
Dari Abu Burdah bin Abi Musa, dari bapaknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يتجلى لنا ربنا عز وجل يوم القيامة ضاحكا
“Allah akan memperlihatkan diriNya kepada kita nanti pada hari kiamat sambil tertawa.”
(H.R. Ibnu Huzaimah, Ath-Thabrani, Tamam, dan Ahmad)
Hadits ini memiliki penguat dari hadits riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, pada hadits berikut ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إذا جمع الله الأولى و الأخرى يوم القيامة , جاء الرب تبارك و تعالى إلى المؤمنين ,
فوقف عليهم , و المؤمنون على كوم ( فقالوا لعقبة : ما الكوم ؟ قال : مكان مرتفع )
فيقول : هل تعرفون ربكم ؟ فيقولون : إن عرفنا نفسه عرفناه , ثم
يقول لهم الثانية , فيضحك في وجوههم , فيخرون له سجدا
“Apabila Allah mengumpulkan manusia dari generasi awal sampai generasi akhir nanti di hari kiamat, maka Allah akan datang kepada kaum mukminin, lalu Allah berdiri di antara mereka, sementara kaum mukminin berada di sebuah tempat yang tinggi.
Lalu Allah berfirman, “Apakah kalian mengenal Rabb kalian?” Kaum mukminin menjawab, “Apabila Rabb kami memperkenalkan diriNya kepada kami, kami akan kenal.”
Lalu Allah mengulangi lagi ucapanNya, lalu Allah pun tertawa di hadapan kaum mukminin itu, lalu kaum mukminin pun sujud kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
(H.R. Ibnu Huzaimah)
Hadits ini menunjukkan di antara sifat Allah adalah tertawa.
Tapi ingat, sekali lagi, jangan membayangkan bagaimana tertawanya Allah.
Kenapa demikian?
Karena kita tak pernah bisa memmikirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita ini ibarat orang buta yang selama hidupnya buta kecuali 1 detik bisa melihat, sewaktu bisa melihat, kemudian melihatlah kita kepada kepala ayam, sehingga dalam hidup kita melihat kepala ayam, kalau dikatakan kepada kita tentang kepala kerbau, maka ingatnya kepala ayam.
Allah tidak mungkin serupa dengan makhluknya. Allah Ta’ala berfirman, “ليس كمثله شيء, “Allah tidak serupa dengan apa pun juga.“. Tertawanya Allah sesuai dengan keagungan Allah, kita wajib imani dengan sifat ini.
Hanya orang-orang yang pikirannya rusak saja yang menolak sifat tertawa, dengan mengatakan, “Mana mungkin Allah tertawa, tertawa itu kan sifat makhluk, Allah tidak serupa dengan makhlukNya. Jadi tidak boleh Allah disifati dengan sifat tertawa.”
Maka kita katakan, “Ya Akhi, kita tidak pernah menyerupakan Allah dengan makhluk. Tertawanya Allah tidak serupa dengan (sifat) tertawa (pada) makhlukNya, sebagaimana Mendengarnya Allah tidak serupa dengan (sifat) mendengar (pada) makhlukNya, Melihatnya Allah tidak serupa dengan (sifat) melihat (pada) makhlukNya. Tidak serupa!“
Maka kita tanyakan kepada orang-orang yang mengatakan Allah tidak tertawa itu, “Menurut kalian Allah punya keinginan, tidak?” Jika mereka menjawab, “Ya.” Maka kita katakan, “Bukankah makhluk juga berkeinginan?” Jika mereka menjawab, “Keinginan Allah kan tidak serupa dengan keinginan makhluk.”
Maka kita katakan, “Demikian pula, tertawanya Allah tidak serupa dengan tertawanya makhluk!”
Sebagaimana, “Menurut kamu, Allah berilmu, tidak?” Apabila dijawab, “Ya, berilmu dong!”
Maka kita katakan, “Manusia juga berilmu!” Kemudian apabila dijawab, “Tapi beda dong, ilmu Allah tidak sama dengan ilmu makhluk.”
Kita katakan, “Sama! Tertawanya Allah tidak serupa dengan tertawa makhluk!”
Tetapkan saja sifat tertawa bagi Allah sesuai dengan keagunganNya, tanpa kita menyerupakan bagaimana tertawanya sebagaimana tertawa makhluk.
Tidak boleh juga kita mempertanyakannya, bahkan pula tidak boleh membayangkannya.
*Kajian dari: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله تعالى
♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷
Jumat, 29 November 2013
Bangunkan orang yang ngantuk di samping Anda
Bangunkan orang yang ngantuk di samping Anda.
• Nasehat seputar sholat Jum'at.
ketika mendengarkan khutbah Jumat, merupakan salah satu kesalahan besar yang dianggap lumrah dalam kegiatan ibadah kaum muslimin. Layaknya tidak mungkin lagi ada khutbah tanpa makmum yang tertidur. Seolah khutbah Jumat adalah kesempatan paling tepat untuk tidur. Sampai ada pameo yang menyatakan, bagi penderita insomnia yang sulit tidur, bisa diobati dengan mendengarkan khutbah Jumat. Kita ucapkan, Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiun.
Bangunkan.!
Sebagai bentuk kepedulian anda kepada sesama. Namun ini harus dilakukan tanpa suara. Artinya, anda bangunkan hanya dengan gerakan tanpa ucapan.
Imam Ibnu Baz pernah ditanya tentang hukum membangunkan orang yang tidur ketika mendengarkan khutbah. Beliau menjelaskan,
يستحب إيقاظهم بالفعل لا بالكلام، لأن الكلام في وقت الخطبة لا يجوز؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم:(إذا قلت لصاحبك أنصت يوم الجمعة والإمام يخطب فقد لغوت) متفق على صحته..
Dianjurkan untuk membangunkan mereka dengan gerakan, tanpa ucapan. Karena berbicara ketika berkhutbah tidak dibolehkan. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila kamu berbicara kepada sampingmu “Diam”, pada hari Jumat dan imam sedang berkhutbah, berarti kamu telah berbuat sia-sia…” (Muttafaq ‘alaihi)
T̲̲̲I̲P̲S̲ ̲̲̲m̲̲̲e̲̲̲n̲̲̲g̲̲̲a̲̲̲t̲̲̲a̲̲ ̲s̲̲̲i̲̲̲ ̲̲̲n̲̲̲g̲̲̲a̲̲̲n̲̲̲t̲̲̲u̲̲̲k̲̲ ̲ ̲̲̲s̲̲̲a̲̲̲a̲̲̲t̲̲̲ ̲̲̲m̲e̲n̲d̲̲̲e̲̲̲n̲̲̲g̲̲̲a̲̲̲r ̲̲̲ ̲̲̲k̲̲̲h̲̲̲a̲̲̲t̲̲̲i̲̲̲b̲̲̲ ̲̲̲J̲u̲m̲'̲a̲t̲ !
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الجُمُعَةِ فَلْيَتَحَوَّلْ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ
“Apabila kalian ngantuk pada hari Jumat, maka berpindahlah dari tempat duduknya.” (HR. Abu Daud, Turmudzi dan dishahihkan al-Albani).
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Asma Kholid Syamhudi, Lc - حفظه الله
♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥
• Nasehat seputar sholat Jum'at.
ketika mendengarkan khutbah Jumat, merupakan salah satu kesalahan besar yang dianggap lumrah dalam kegiatan ibadah kaum muslimin. Layaknya tidak mungkin lagi ada khutbah tanpa makmum yang tertidur. Seolah khutbah Jumat adalah kesempatan paling tepat untuk tidur. Sampai ada pameo yang menyatakan, bagi penderita insomnia yang sulit tidur, bisa diobati dengan mendengarkan khutbah Jumat. Kita ucapkan, Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiun.
Bangunkan.!
Sebagai bentuk kepedulian anda kepada sesama. Namun ini harus dilakukan tanpa suara. Artinya, anda bangunkan hanya dengan gerakan tanpa ucapan.
Imam Ibnu Baz pernah ditanya tentang hukum membangunkan orang yang tidur ketika mendengarkan khutbah. Beliau menjelaskan,
يستحب إيقاظهم بالفعل لا بالكلام، لأن الكلام في وقت الخطبة لا يجوز؛ لقول النبي صلى الله عليه وسلم:(إذا قلت لصاحبك أنصت يوم الجمعة والإمام يخطب فقد لغوت) متفق على صحته..
Dianjurkan untuk membangunkan mereka dengan gerakan, tanpa ucapan. Karena berbicara ketika berkhutbah tidak dibolehkan. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila kamu berbicara kepada sampingmu “Diam”, pada hari Jumat dan imam sedang berkhutbah, berarti kamu telah berbuat sia-sia…” (Muttafaq ‘alaihi)
T̲̲̲I̲P̲S̲ ̲̲̲m̲̲̲e̲̲̲n̲̲̲g̲̲̲a̲̲̲t̲̲̲a̲̲
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الجُمُعَةِ فَلْيَتَحَوَّلْ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ
“Apabila kalian ngantuk pada hari Jumat, maka berpindahlah dari tempat duduknya.” (HR. Abu Daud, Turmudzi dan dishahihkan al-Albani).
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Asma Kholid Syamhudi, Lc - حفظه الله
♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥
Poligami
Jika
yg dimaksud dg istilah nikah sirri adalah nikah tanpa sepengetahuan
wali perempuan atau tanpa izinnya.. Dan biasanaya ditambah tanpa
sepengatahuan siapapun..
Yg tau hanya penghulu dan kedua mempelai.. Maka nikahnya batil. Batil.. Tidak sah..
Alasannya secara syariat adalah: Krn ia nikah tanpa izin dari wali si perempuan.. Baik gadis maupun janda..
Adapun jika pengertian nikah sirri itu adalah nikah yg tidak dicatat oleh KUA.. Tp ada wali, ada mahar, ada saksi maka nikahnya sah.. Namun sangat berpotensi untuk kurang adil dikemudian hari.. Terutama jika ada sengketa waris jika si suami wafat.. Tentunya akan ada ketidak adilan jika si anak anak yg dari istri di nikah tercatat oleh KUA menuntut hak waris sepenuhnya buat mereka.. Padahal anak dari istri yg tak tercatat juga anak sah si mayit tsb.
Belum lagi nanti di akte kelahiran mau ditulis anak siapa tuh..
Kan kasian pula kalo si anak mau lanjut kuliah di madinah munawaroh..gak bisa krn gak ada akte (kecuali wani piro? Mau sogokan?
Bagi yg poligami hendaknya berpikir kesana..
Jangan asal ngawur bertindak..
Dan kalolah sulit dapat dicatat di KUA maka hendaknya ia berusaha. Sampai dapat.. Padahal di KUA ada aturan atas izin istri pertama ( walaupun itu tidak ada peraturannya dari nabi Shallallahu 'alaihi wasallam )
Maka hendaknya ia bahagiakan istri sholihah yg pertamanya dan didiklah ia dg keikhlasan..
Jadi jika ada niatan poligami disuatu hari nanti kalo memang sangat dibutuhkan maka dg keridhoan istrinya akan memberikan izin itu..
Jadi anda akan adil dalam segala hal. Baik ketika hidup sampai mati.. warisannya dibagikan..
Hidupmu didunia dan akhirat akan bahagia..
بَارَكَ اللَّهُ فِيْك
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc - حفظه الله تعالى
┈┈»̶✽♈̷̴✽«̶┈┈
Yg tau hanya penghulu dan kedua mempelai.. Maka nikahnya batil. Batil.. Tidak sah..
Alasannya secara syariat adalah: Krn ia nikah tanpa izin dari wali si perempuan.. Baik gadis maupun janda..
Adapun jika pengertian nikah sirri itu adalah nikah yg tidak dicatat oleh KUA.. Tp ada wali, ada mahar, ada saksi maka nikahnya sah.. Namun sangat berpotensi untuk kurang adil dikemudian hari.. Terutama jika ada sengketa waris jika si suami wafat.. Tentunya akan ada ketidak adilan jika si anak anak yg dari istri di nikah tercatat oleh KUA menuntut hak waris sepenuhnya buat mereka.. Padahal anak dari istri yg tak tercatat juga anak sah si mayit tsb.
Belum lagi nanti di akte kelahiran mau ditulis anak siapa tuh..
Kan kasian pula kalo si anak mau lanjut kuliah di madinah munawaroh..gak bisa krn gak ada akte (kecuali wani piro? Mau sogokan?
Bagi yg poligami hendaknya berpikir kesana..
Jangan asal ngawur bertindak..
Dan kalolah sulit dapat dicatat di KUA maka hendaknya ia berusaha. Sampai dapat.. Padahal di KUA ada aturan atas izin istri pertama ( walaupun itu tidak ada peraturannya dari nabi Shallallahu 'alaihi wasallam )
Maka hendaknya ia bahagiakan istri sholihah yg pertamanya dan didiklah ia dg keikhlasan..
Jadi jika ada niatan poligami disuatu hari nanti kalo memang sangat dibutuhkan maka dg keridhoan istrinya akan memberikan izin itu..
Jadi anda akan adil dalam segala hal. Baik ketika hidup sampai mati.. warisannya dibagikan..
Hidupmu didunia dan akhirat akan bahagia..
بَارَكَ اللَّهُ فِيْك
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc - حفظه الله تعالى
┈┈»̶✽♈̷̴✽«̶┈┈
Poligami Keadilan Sejahtera
Ada sebagian kaum laki2 yg ingin berpoligami tp bermoral pecundang & tidak memiliki sifat qowamah (kepemimpinan).
Maka sebaiknya cukup 1 saja!
Ciri2 mereka diantaranya sbb :
1.Inginnya bini pertama tidak tau..
Alasannya tak ada perintah nabi utk memberi tahu..
2.Jika diajak untuk resmi maka ia berkata tdk usah..cukup siri aja
Atau alasannya: gak ada tuntunannya dari Nabi harus resmi..
Toh buku nikah gak ditanya penjaga kubur..
Padahal orang ini belum mencoba resmi..
Tp ya krna takut ketahuan bini pertama maka udah gak ada bayangan buat cari akte..
3.Krn bini pertama tidak tau maka ia tidak bakalan bisa adil dalam hari bergilir..
Maka ini kedzoliman..
Hari qiyamat bisa jalan miring ni pecundang..
4. Kalo udah bosen poligami maka jalan yg ditempuh adalah menceraikan bini barunya krn tidak ada akte nikah jadi ia mudah berbuat..
Atau bisa jadi menceraikan yg pertama jika yg kedua terlalu muda & cantik..
5.Manusia yg pecundang ini udah keliatan dari semenjak kenalan dg akhwat yg mau di nadzor..
Bahkan semenjak ta'aruf krn ia pastinya dari awal ingin sembunyi sembunyi..
Khawatir ketahuan, krn dalam bayangannya poligami terlalu beresiko..
Padahal jika ia pemberani pasti tidaklah penakut seperti itu..
Maka jika kalian takut untuk tidak berbuat adil maka cukuplah 1.. Dalam surat nisa
Kalolah anda pemberani & sangat memungkinkan adil maka islam mengizinkan..
Hanya saja berpikirlah wahai kaum adam..
Tentang kemampuanmu..
Bisakah anda membahagiakan mereka?
Jika 1 ini aja belum anda bahagiakan..
Bagaimana mau nambah penumpang
Jadi poligami / nikah satu seumur idup itu sama saja rasanya jika anda orang yg bijak..
Tp jika anda bukan orang bijak maka satupun udah terbebani..
Kebahagian letaknya didalam dada ketika antum dapat qona'ah & syukur atas pemberian Allah Ta'ala..
Baik satu atau banyak..
Jd bagi orang pemberani, mampu & adil maka baru boleh berpoligami..
بَارَكَ اللَّهُ فِيْك
Semoga bermanfaat sedikit uneg uneg ini.
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc - حفظه الله تعالى
♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷
Maka sebaiknya cukup 1 saja!
Ciri2 mereka diantaranya sbb :
1.Inginnya bini pertama tidak tau..
Alasannya tak ada perintah nabi utk memberi tahu..
2.Jika diajak untuk resmi maka ia berkata tdk usah..cukup siri aja
Atau alasannya: gak ada tuntunannya dari Nabi harus resmi..
Toh buku nikah gak ditanya penjaga kubur..
Padahal orang ini belum mencoba resmi..
Tp ya krna takut ketahuan bini pertama maka udah gak ada bayangan buat cari akte..
3.Krn bini pertama tidak tau maka ia tidak bakalan bisa adil dalam hari bergilir..
Maka ini kedzoliman..
Hari qiyamat bisa jalan miring ni pecundang..
4. Kalo udah bosen poligami maka jalan yg ditempuh adalah menceraikan bini barunya krn tidak ada akte nikah jadi ia mudah berbuat..
Atau bisa jadi menceraikan yg pertama jika yg kedua terlalu muda & cantik..
5.Manusia yg pecundang ini udah keliatan dari semenjak kenalan dg akhwat yg mau di nadzor..
Bahkan semenjak ta'aruf krn ia pastinya dari awal ingin sembunyi sembunyi..
Khawatir ketahuan, krn dalam bayangannya poligami terlalu beresiko..
Padahal jika ia pemberani pasti tidaklah penakut seperti itu..
Maka jika kalian takut untuk tidak berbuat adil maka cukuplah 1.. Dalam surat nisa
Kalolah anda pemberani & sangat memungkinkan adil maka islam mengizinkan..
Hanya saja berpikirlah wahai kaum adam..
Tentang kemampuanmu..
Bisakah anda membahagiakan mereka?
Jika 1 ini aja belum anda bahagiakan..
Bagaimana mau nambah penumpang
Jadi poligami / nikah satu seumur idup itu sama saja rasanya jika anda orang yg bijak..
Tp jika anda bukan orang bijak maka satupun udah terbebani..
Kebahagian letaknya didalam dada ketika antum dapat qona'ah & syukur atas pemberian Allah Ta'ala..
Baik satu atau banyak..
Jd bagi orang pemberani, mampu & adil maka baru boleh berpoligami..
بَارَكَ اللَّهُ فِيْك
Semoga bermanfaat sedikit uneg uneg ini.
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Riyadl Nurcholis Majid, Lc - حفظه الله تعالى
♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷
HUKUM MENGUMANDANGKAN ADZAN DI TELINGA BAYI YANG BARU LAHIR
(*) HUKUM MENGUMANDANGKAN ADZAN DI TELINGA BAYI YANG BARU LAHIR
Tanya:
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ustadz, عَفْوًا, ada pertanyaan dari member Majlis Hadits Akhwat 22 tentang hukum Adzan di telinga bayi yg baru lahir, berkaitan dgn broadcast ustadz kemarin ttg ‘INGATLAH KETIKA ENGKAU MATI’ :
1. Ketika engkau dilahirkan, engkau diadzani, namun tanpa disholati.
Utk point nomer 1 tentang di adzani saat dilahirkan adakah haditsnya? Ustadz
شكرا ustadz. بارك الله فيك ..
Jawaban oleh: أُسْتَاذُ Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc MA - حفظه الله تعالى
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ummu Salsabila yg smg dirahmati Allah,
Bismillah. Berkaitan dengan masalah adzan di telinga kanan bayi yg baru lahir, ada dalilnya dr hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam. Akan tetapi para ulama hadits berselisih pendapat ttg derajatnya.
Ada diantara mereka yg menilai derajatnya Dho’if, spt syaikh Al-Albani, syaikh Ibnu Utsaimin, dll. Dan ada pula yg menilai derajatnya HASAN (Hasan Lighorihi), spt imam At-Tirmidzi, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah, dll.
» Bagi siapa yg memandang haditsnya Dho’if, maka janganlah ia mengamalkannya.
» Dan bagi siapa yg menilai derajat haditsnya Hasan, karena mengikuti para ulama hadits yg meng-Hasan-kannya, maka ia boleh mengamalkannya.
Dan bagi yg mengumandangkan adzan pd telinga bayi yg baru lahir, maka ia tidak diingkari n dicela, sebagaimana fatwa sebagian ulama spt syaikh Bin Baz dan Komite Tetap utk Fatwa n Riset Ilmiyah di Arab Saudi. Wallahu a’lam bish-showab. Wabillahi at-Taufiq.
(*) Berikut ini kami sertakan Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkaitan dengan Hukum Adzan di Telinga Bayi yg Baru Lahir.
(*) Pertanyaan:
Tentang adzan di telinga kanan bayi dan iqomah di telinga kiri bayi, apa hukumnya?
(*) Jawaban Syaikh Bin Baz rahimahullah:
هذا مشروع عند جمع من أهل العلم، وقد ورد فيه بعض الأحاديث، وفي سندها مقال، فإذا فعله المؤمن حسن؛ لأنه من باب السنن ومن باب التطوعات،
Hal tersebut dituntunkan menurut sejumlah ulama. Ada beberapa hadits mengenai hal ini namun ada pembicaraan mengenai kualitas sanadnya. Jika ada seorang mukmin yang melakukannya maka itu adalah suatu hal yang baik, karena amalan ini termasuk amalan yang dianjurkan.
والحديث في سنده عاصم بن عبيد الله بن عاصم بن عمر بن الخطاب وفيه ضعف، وله شواهد،
Hadits tentang masalah ini dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama ‘Ashim bin ‘Ubaidillah bin ‘Ashim bin Umar bin Khattab dan beliau adalah perawi yang memiliki kelemahan namun terdapat sejumlah riwayat yang menguatkannya.
وقد فعل النبي صلى الله عليه وسلم في تسمية إبراهيم، ولم يحفظ عنه أنه أذن لما ولد له إبراهيم، سماه إبراهيم ولم يحفظ عنه أنه أذن في أذنه اليمنى وأقام في اليسرى، وهكذا الأولاد الذين يؤتى بهم إليه من الأنصار ليحنكهم ويسميهم لم أقف على أنه أذن في أذن واحد منهم وأقام،
Ketika Nabi member nama untuk anaknya Ibrahim tidak terdapat riwayat yang menunjukkan bahwa beradzan di telinga kanan Ibrahim dan mengumandangkan iqomah di telinga kirinya. Demikian pula bayi-bayi dari kalangan Anshor yang dibawa ke hadapan Nabi untuk ditahnik dan diberi nama, tidak kujumpai riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi mengumandangkan adzan dan iqomah pada telinga bayi tersebut.
ولكن إذا فعل ذلك المؤمن للأحاديث التي أشرنا إليها فلا باس، لأنه يشد بعضها بعضاً، فالأمر في هذا واسع، إن فعله حسن لما جاء في الأحاديث التي يشد بعضها بعضاً، وإن تركه فلا بأس.
Akan tetapi jika ada yang melakukannya menimbang hadits-hadits yang telah kusebutkan, maka tidak mengapa karena riwayat-riwayat yang ada sebagiannya menguatkan sebagian yang lain [sehingga berstatus HASAN lighairihi, pent]. Ringkasnya ada kelonggaran dalam masalah ini. Jika ada yang mengamalkannya, maka itu baik, mengingat hadits-hadits dalam masalah ini sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Tidak melakukannya juga tidak mengapa”.
(*) SUMBER:
http://binbaz.org.sa/mat/9646
(Diterjemahkan oleh ustadz Aris Munandar, dengan Link berikut: http://ustadzaris.com/hukum-adzan-di-telinga-bayi).
» BBG Majlis Hadits, chat room Tanya Jawab.
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Tanya:
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ustadz, عَفْوًا, ada pertanyaan dari member Majlis Hadits Akhwat 22 tentang hukum Adzan di telinga bayi yg baru lahir, berkaitan dgn broadcast ustadz kemarin ttg ‘INGATLAH KETIKA ENGKAU MATI’ :
1. Ketika engkau dilahirkan, engkau diadzani, namun tanpa disholati.
Utk point nomer 1 tentang di adzani saat dilahirkan adakah haditsnya? Ustadz
شكرا ustadz. بارك الله فيك ..
Jawaban oleh: أُسْتَاذُ Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc MA - حفظه الله تعالى
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ummu Salsabila yg smg dirahmati Allah,
Bismillah. Berkaitan dengan masalah adzan di telinga kanan bayi yg baru lahir, ada dalilnya dr hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam. Akan tetapi para ulama hadits berselisih pendapat ttg derajatnya.
Ada diantara mereka yg menilai derajatnya Dho’if, spt syaikh Al-Albani, syaikh Ibnu Utsaimin, dll. Dan ada pula yg menilai derajatnya HASAN (Hasan Lighorihi), spt imam At-Tirmidzi, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah, dll.
» Bagi siapa yg memandang haditsnya Dho’if, maka janganlah ia mengamalkannya.
» Dan bagi siapa yg menilai derajat haditsnya Hasan, karena mengikuti para ulama hadits yg meng-Hasan-kannya, maka ia boleh mengamalkannya.
Dan bagi yg mengumandangkan adzan pd telinga bayi yg baru lahir, maka ia tidak diingkari n dicela, sebagaimana fatwa sebagian ulama spt syaikh Bin Baz dan Komite Tetap utk Fatwa n Riset Ilmiyah di Arab Saudi. Wallahu a’lam bish-showab. Wabillahi at-Taufiq.
(*) Berikut ini kami sertakan Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkaitan dengan Hukum Adzan di Telinga Bayi yg Baru Lahir.
(*) Pertanyaan:
Tentang adzan di telinga kanan bayi dan iqomah di telinga kiri bayi, apa hukumnya?
(*) Jawaban Syaikh Bin Baz rahimahullah:
هذا مشروع عند جمع من أهل العلم، وقد ورد فيه بعض الأحاديث، وفي سندها مقال، فإذا فعله المؤمن حسن؛ لأنه من باب السنن ومن باب التطوعات،
Hal tersebut dituntunkan menurut sejumlah ulama. Ada beberapa hadits mengenai hal ini namun ada pembicaraan mengenai kualitas sanadnya. Jika ada seorang mukmin yang melakukannya maka itu adalah suatu hal yang baik, karena amalan ini termasuk amalan yang dianjurkan.
والحديث في سنده عاصم بن عبيد الله بن عاصم بن عمر بن الخطاب وفيه ضعف، وله شواهد،
Hadits tentang masalah ini dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama ‘Ashim bin ‘Ubaidillah bin ‘Ashim bin Umar bin Khattab dan beliau adalah perawi yang memiliki kelemahan namun terdapat sejumlah riwayat yang menguatkannya.
وقد فعل النبي صلى الله عليه وسلم في تسمية إبراهيم، ولم يحفظ عنه أنه أذن لما ولد له إبراهيم، سماه إبراهيم ولم يحفظ عنه أنه أذن في أذنه اليمنى وأقام في اليسرى، وهكذا الأولاد الذين يؤتى بهم إليه من الأنصار ليحنكهم ويسميهم لم أقف على أنه أذن في أذن واحد منهم وأقام،
Ketika Nabi member nama untuk anaknya Ibrahim tidak terdapat riwayat yang menunjukkan bahwa beradzan di telinga kanan Ibrahim dan mengumandangkan iqomah di telinga kirinya. Demikian pula bayi-bayi dari kalangan Anshor yang dibawa ke hadapan Nabi untuk ditahnik dan diberi nama, tidak kujumpai riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi mengumandangkan adzan dan iqomah pada telinga bayi tersebut.
ولكن إذا فعل ذلك المؤمن للأحاديث التي أشرنا إليها فلا باس، لأنه يشد بعضها بعضاً، فالأمر في هذا واسع، إن فعله حسن لما جاء في الأحاديث التي يشد بعضها بعضاً، وإن تركه فلا بأس.
Akan tetapi jika ada yang melakukannya menimbang hadits-hadits yang telah kusebutkan, maka tidak mengapa karena riwayat-riwayat yang ada sebagiannya menguatkan sebagian yang lain [sehingga berstatus HASAN lighairihi, pent]. Ringkasnya ada kelonggaran dalam masalah ini. Jika ada yang mengamalkannya, maka itu baik, mengingat hadits-hadits dalam masalah ini sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Tidak melakukannya juga tidak mengapa”.
(*) SUMBER:
http://binbaz.org.sa/mat/9646
(Diterjemahkan oleh ustadz Aris Munandar, dengan Link berikut: http://ustadzaris.com/hukum-adzan-di-telinga-bayi).
» BBG Majlis Hadits, chat room Tanya Jawab.
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Indahnya Orang yang Tersembunyi
"Indahnya Orang yang Tersembunyi"
Rasulullah shalalahu alaihi wasallam bersabda:
إن اله يحب العبد التقي الغني الخفي (رواه مسلم)
"Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa, kaya hati, dan tersembunyi." (HR Muslim) ...
ia tak dikenal..
ia tak mempunyai pangkat..
namun ia bertaqwa..
hatinya dipenuhi qona'ah..
ia tak mau menampakkan kelebihannya, ia tidak mau menampakkan amalnya,
karena hatinya hanya berharap keridhoan-NYA..
ia yakin, dikenal oleh Allah jauh lebih baik daripada dikenal oleh manusia.
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله تعالى
♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷
Rasulullah shalalahu alaihi wasallam bersabda:
إن اله يحب العبد التقي الغني الخفي (رواه مسلم)
"Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa, kaya hati, dan tersembunyi." (HR Muslim) ...
ia tak dikenal..
ia tak mempunyai pangkat..
namun ia bertaqwa..
hatinya dipenuhi qona'ah..
ia tak mau menampakkan kelebihannya, ia tidak mau menampakkan amalnya,
karena hatinya hanya berharap keridhoan-NYA..
ia yakin, dikenal oleh Allah jauh lebih baik daripada dikenal oleh manusia.
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله تعالى
♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷
Lainnya Lebih Terlalaikan
Lainnya Lebih Terlalaikan
Apabila seorang hamba telah melalaikan shalatnya maka ibadah lainnya lebih (mungkin) terlalaikan.
Allah 'Azza Wa Jalla berfirman,
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang buruk) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui ghayya” (QS. Maryam: 59)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu menjelaskan
Makna kata ‘ghayya’ adalah sungai di neraka Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan dan tempatnya sangat dalam. (Ash-Shalah Ibnul Qayyim: 31)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala menggabungkan menyia-nyiakan shalat dengan memperturutkan hawa nafsu.
Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu berkata,
"Barangsiapa yang menjaga shalatnya, maka ia berarti menjaga agamanya. Barangsiapa yang menyia-nyiakan shalatnya berarti dalam hal lainnya ia lebih menyia-nyiakan lagi..."
(Kitab Ash-Shalat Ibnul Qayyim: 12)
Setidaknya lima kali sehari kita shalat, maka seharusnya pula shalat kita menjadi penghalang perbuatan keji dan munkar.
@sahabatilmu
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Apabila seorang hamba telah melalaikan shalatnya maka ibadah lainnya lebih (mungkin) terlalaikan.
Allah 'Azza Wa Jalla berfirman,
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang buruk) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui ghayya” (QS. Maryam: 59)
Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu menjelaskan
Makna kata ‘ghayya’ adalah sungai di neraka Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan dan tempatnya sangat dalam. (Ash-Shalah Ibnul Qayyim: 31)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala menggabungkan menyia-nyiakan shalat dengan memperturutkan hawa nafsu.
Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu berkata,
"Barangsiapa yang menjaga shalatnya, maka ia berarti menjaga agamanya. Barangsiapa yang menyia-nyiakan shalatnya berarti dalam hal lainnya ia lebih menyia-nyiakan lagi..."
(Kitab Ash-Shalat Ibnul Qayyim: 12)
Setidaknya lima kali sehari kita shalat, maka seharusnya pula shalat kita menjadi penghalang perbuatan keji dan munkar.
@sahabatilmu
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Kamis, 28 November 2013
Saat Engkau Dimasukkan ke Liang Lahat
Saat Engkau Dimasukkan ke Liang Lahat
Saudaraku, bila hati kita masih lalai, kunjungilah sebuah pemukiman masa depan, di sana engkau akan dikembalikan, dibungkus oleh kain kafan, lalu dimasukkan ke liang lahat.. gelap.. sepi.. sempit.. tak ada kawan yang membantu.. tiada pula handai taulan sebagai tempat mengadu. Cobalah renungkan, bukankah engkau akan seperti itu?
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ...
“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, kemudian kepada Kamilah kamu akan dikembalikan“. (Al Ankabut: 57).
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan kita untuk berziarah kubur, agar kita selalu mengingat kehidupan akhirat,
زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمْ الْآخِرَةَ
“Berziarah kuburlah, sesungguhnya ia mengingatkan akhirat“. (HR Ibnu Majah).
Dan ingatlah!! Bila Allah mampu menciptakan kita dikali yang pertama dari sari pati air yang memancar, maka Allahpun mampu membangkitkan kita setelah kematian, dan bagi Allah semua itu adalah mudah, firman-Nya,
أَيَحْسَبُ اْلإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى {36} أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِىٍّ يُمْنَى {37} ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى {38} فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجِيْنِ الذَّكَرَ وَاْلأُنثَى {39} أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَن يُحْيِىَ الْمَوْتَى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (Al Qiyamah: 36-40).
Bukankah mudah bagi Allah untuk mengadzab seseorang di dalam kuburnya?! Tentu Allah tidak pernah menzalimi hamba-hamba-Nya, namun merekalah yang zalim; nikmat Allah senantiasa turun kepada manusia, namun maksiat dijadikan sebagai kendaraan. Allah telah menurunkan kitab-kitab dan mengutus para Rasul, akan tetapi mereka malah berpaling darinya dan mencari jalan yang lain.
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Saudaraku, bila hati kita masih lalai, kunjungilah sebuah pemukiman masa depan, di sana engkau akan dikembalikan, dibungkus oleh kain kafan, lalu dimasukkan ke liang lahat.. gelap.. sepi.. sempit.. tak ada kawan yang membantu.. tiada pula handai taulan sebagai tempat mengadu. Cobalah renungkan, bukankah engkau akan seperti itu?
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ...
“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian, kemudian kepada Kamilah kamu akan dikembalikan“. (Al Ankabut: 57).
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan kita untuk berziarah kubur, agar kita selalu mengingat kehidupan akhirat,
زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمْ الْآخِرَةَ
“Berziarah kuburlah, sesungguhnya ia mengingatkan akhirat“. (HR Ibnu Majah).
Dan ingatlah!! Bila Allah mampu menciptakan kita dikali yang pertama dari sari pati air yang memancar, maka Allahpun mampu membangkitkan kita setelah kematian, dan bagi Allah semua itu adalah mudah, firman-Nya,
أَيَحْسَبُ اْلإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى {36} أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِىٍّ يُمْنَى {37} ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى {38} فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجِيْنِ الذَّكَرَ وَاْلأُنثَى {39} أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَن يُحْيِىَ الْمَوْتَى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (Al Qiyamah: 36-40).
Bukankah mudah bagi Allah untuk mengadzab seseorang di dalam kuburnya?! Tentu Allah tidak pernah menzalimi hamba-hamba-Nya, namun merekalah yang zalim; nikmat Allah senantiasa turun kepada manusia, namun maksiat dijadikan sebagai kendaraan. Allah telah menurunkan kitab-kitab dan mengutus para Rasul, akan tetapi mereka malah berpaling darinya dan mencari jalan yang lain.
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Ikhlas
Ikhlas
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Ahmad Ferry Nasution/Abu Urwah - حفظه الله تعالى
Mukmin yang ikhlas kepada ALLAH merupakan manusia yang paling baik hidupnya, paling tentram pikirannya, paling lapang dadanya dan paling bahagia hatinya. Inilah surga yang disegerakan sebelum surga yang abadi.
(Ad-daa’waddawaa’)
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Ahmad Ferry Nasution/Abu Urwah - حفظه الله تعالى
Mukmin yang ikhlas kepada ALLAH merupakan manusia yang paling baik hidupnya, paling tentram pikirannya, paling lapang dadanya dan paling bahagia hatinya. Inilah surga yang disegerakan sebelum surga yang abadi.
(Ad-daa’waddawaa’)
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
BELAJAR MENJADI PENDENGAR YANG BAIK
BELAJAR MENJADI PENDENGAR YANG BAIK
(Oleh: أُسْتَاذُ Firanda Andirja, Lc. MA – حفظه الله)
Banyak orang yang lebih suka jika dialah sang pembicara, sementara yang lain mendengarkan perkataannya…
Banyak diantara kita tatkala mendengarkan saudaranya berbicara maka segera dia potong…padahal saudaranya belum selesai berbicara…
Bahkan ia membantah pembicaraan saudaranya sebelum saudaranya selesai menyampaikan argumentasinya…
Diantara adab yang tinggi yang diajarkan oleh salaf adalah mendengarkan pembicaraan saudara dengan BAIK…!!
عن عطاء: إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحَدِّثُنِي بِالْحَدِيْثِ، فَأُنْصِتُ لَهُ كَأَنِّي لَمْ أَسْمَعْهُ، وَقَدْ سَمِعْتُهُ قَبْلَ أَنْ يُوْلَدَ
‘Atoo rahimahullah berkata, “Sesungguhnya seseorang menyampaikan kepada tentang suatu pembicaraan, maka akupun seksama mendengarkannya seakan-akan aku tidak pernah mendengarnya, padahal aku telah mengetahuinya sebelum ia dilahirkan”
(Siyar A’laam An-Nubalaa 5/86)
Tidak semua orang bisa sabar mendengar pembicaraan orang lain, terutama pembicaraan yang muter-muter (mbuleti), terlebih lagi pembicaraan yang sudah ia ketahui dan telah ia dengarkan sebelumnya…
Belajar MENDENGARKAN pembicaraan saudara dengan baik merupakan akhlak yang sangat mulia, karena
- Sikap ini menunjukan TAWADHU’ seseorang…
- Menunjukan penghargaannya terhadap saudaranya…
- Menjaga PERASAAN saudaranya…
- MENYENANGKAN hati saudaranya yang tentunya senang jika pembicaraannya didengarkan dengan seksama…
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
(Oleh: أُسْتَاذُ Firanda Andirja, Lc. MA – حفظه الله)
Banyak orang yang lebih suka jika dialah sang pembicara, sementara yang lain mendengarkan perkataannya…
Banyak diantara kita tatkala mendengarkan saudaranya berbicara maka segera dia potong…padahal saudaranya belum selesai berbicara…
Bahkan ia membantah pembicaraan saudaranya sebelum saudaranya selesai menyampaikan argumentasinya…
Diantara adab yang tinggi yang diajarkan oleh salaf adalah mendengarkan pembicaraan saudara dengan BAIK…!!
عن عطاء: إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحَدِّثُنِي بِالْحَدِيْثِ، فَأُنْصِتُ لَهُ كَأَنِّي لَمْ أَسْمَعْهُ، وَقَدْ سَمِعْتُهُ قَبْلَ أَنْ يُوْلَدَ
‘Atoo rahimahullah berkata, “Sesungguhnya seseorang menyampaikan kepada tentang suatu pembicaraan, maka akupun seksama mendengarkannya seakan-akan aku tidak pernah mendengarnya, padahal aku telah mengetahuinya sebelum ia dilahirkan”
(Siyar A’laam An-Nubalaa 5/86)
Tidak semua orang bisa sabar mendengar pembicaraan orang lain, terutama pembicaraan yang muter-muter (mbuleti), terlebih lagi pembicaraan yang sudah ia ketahui dan telah ia dengarkan sebelumnya…
Belajar MENDENGARKAN pembicaraan saudara dengan baik merupakan akhlak yang sangat mulia, karena
- Sikap ini menunjukan TAWADHU’ seseorang…
- Menunjukan penghargaannya terhadap saudaranya…
- Menjaga PERASAAN saudaranya…
- MENYENANGKAN hati saudaranya yang tentunya senang jika pembicaraannya didengarkan dengan seksama…
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Hati kita mati disebabkan 10 hal
قلوبنا ماتت بعشرة أشياء
Hati kita mati disebabkan 10 hal:
1. عرفنا الله ولم نؤد حقه
1. Kita tahu bahwa Allah itu ada, tapi tidak melaksanakan hak-Nya.
2. وقرأنا كتاب الله ولم نعمل به
2. Kita membaca al-Qur`an, tapi tidak mengamalkannya.
3. وادعينا محبة رسول الله (صلي الله عليه وسلم) وتركنا سنته
3. Kita mengaku cinta Rasulullah صلى الله عليه وسلم , tapi meninggalkan sunnahnya.
4. وادعينا معاداه الشيطان ووافقناه على ما غوانا
4. Kita mengaku setan itu musuh kita, tapi kita mengikuti rayuannya.
5. وقلنا نحب الجنة ولم نعمل لها
5. Kita menginginkan surga, tapi tidak berusaha mendapatkannya.
6. وقلنا نخاف النار ووهبنا أنفسنا لها
6. Kita takut neraka, tapi justru kita menyerahkan diri kita untuknya.
7. وعلمنا أن الموت حق ولم نشق له
7. Kita tahu bahwa kematian adalah pasti, tapi kita tidak mempersiapkannya.
8. وانشغلنا بعيوب الناس ونسينا عيوب أنفسنا
8. Kita sibuk dengan aib orang lain, tapi melupakan aib diri sendiri.
9. وأكلنا نعم ربنا ولم نشكر له
9. Kita menikmati karunia Allah, tapi tidak mensyukurinya.
10. ودفنا موتانا ولم نعتبر
10. Kita ikut mengubur saudara2 kita yg telah mati, tapi tidak bisa mengambil pelajaran.
Hati kita mati disebabkan 10 hal:
1. عرفنا الله ولم نؤد حقه
1. Kita tahu bahwa Allah itu ada, tapi tidak melaksanakan hak-Nya.
2. وقرأنا كتاب الله ولم نعمل به
2. Kita membaca al-Qur`an, tapi tidak mengamalkannya.
3. وادعينا محبة رسول الله (صلي الله عليه وسلم) وتركنا سنته
3. Kita mengaku cinta Rasulullah صلى الله عليه وسلم , tapi meninggalkan sunnahnya.
4. وادعينا معاداه الشيطان ووافقناه على ما غوانا
4. Kita mengaku setan itu musuh kita, tapi kita mengikuti rayuannya.
5. وقلنا نحب الجنة ولم نعمل لها
5. Kita menginginkan surga, tapi tidak berusaha mendapatkannya.
6. وقلنا نخاف النار ووهبنا أنفسنا لها
6. Kita takut neraka, tapi justru kita menyerahkan diri kita untuknya.
7. وعلمنا أن الموت حق ولم نشق له
7. Kita tahu bahwa kematian adalah pasti, tapi kita tidak mempersiapkannya.
8. وانشغلنا بعيوب الناس ونسينا عيوب أنفسنا
8. Kita sibuk dengan aib orang lain, tapi melupakan aib diri sendiri.
9. وأكلنا نعم ربنا ولم نشكر له
9. Kita menikmati karunia Allah, tapi tidak mensyukurinya.
10. ودفنا موتانا ولم نعتبر
10. Kita ikut mengubur saudara2 kita yg telah mati, tapi tidak bisa mengambil pelajaran.
Rabu, 27 November 2013
Jangan Pernah Tinggalkan Shalat
Jangan Pernah Tinggalkan Shalat
Shalat merupakan rukun Islam kedua. Dengannya tegak keimanan seorang hamba.
A. Waspadai Batas Kekafiran.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada sesembahan yang hak selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat…” (HR. Al-Bukhari: 75, Muslim: 21)
Bahkan dipertegas dengan sabda beliau shallallahu’alaihi wasallam,
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“(Pembatas) antara seorang muslim dengan kesyirikan serta kekafiran yaitu meninggalkan shalat…” (HR Muslim: 257)
B. Lebih Besar Dari Zina.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang terbesar, melebihi besarnya dosa membunuh, merampas harta, berzina, mencuri, dan minuman keras…” (Kitabush Shalat)
Mengapa sampai meninggalkan shalat…?
Bukankah si sakit boleh shalat sambil berbaring..
Seorang musafir dapat menjama’ dan atau qashar shalatnya…
Serta keringanan-keringanan dari Allah lainnya…
Apalagi kita yang tiada halangan dalam menegakkan shalat.
Maka, jangan pernah meninggalkan shalat..
@sahabatilmu
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Shalat merupakan rukun Islam kedua. Dengannya tegak keimanan seorang hamba.
A. Waspadai Batas Kekafiran.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada sesembahan yang hak selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat…” (HR. Al-Bukhari: 75, Muslim: 21)
Bahkan dipertegas dengan sabda beliau shallallahu’alaihi wasallam,
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“(Pembatas) antara seorang muslim dengan kesyirikan serta kekafiran yaitu meninggalkan shalat…” (HR Muslim: 257)
B. Lebih Besar Dari Zina.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang terbesar, melebihi besarnya dosa membunuh, merampas harta, berzina, mencuri, dan minuman keras…” (Kitabush Shalat)
Mengapa sampai meninggalkan shalat…?
Bukankah si sakit boleh shalat sambil berbaring..
Seorang musafir dapat menjama’ dan atau qashar shalatnya…
Serta keringanan-keringanan dari Allah lainnya…
Apalagi kita yang tiada halangan dalam menegakkan shalat.
Maka, jangan pernah meninggalkan shalat..
@sahabatilmu
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Lebih Utama Shalat Di Rumah
Lebih Utama Shalat Di Rumah
Shalat merupakan ibadah nan mulia lagi utama. Pelaksanaannya bisa dimana saja.
Namun hendaklah ambil yang lebih utama. Baik waktu atau tempatnya.
A. Wanita Shalat Wajib
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ummu Humaid radhiyyallahu ‘anha,
قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاَةَ…
وَصَلاَتُكِ فِى دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاَتُكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِى
”Aku telah mengetahui bahwa engkau senang sekali jika dapat shalat bersamaku..
(Namun ketahuilah bahwa) shalatmu di rumahmu lebih baik dari shalatmu di masjid kaummu.
Dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik daripada shalatmu di masjidku…”
(HR Ahmad: 27135, hadits hasan)
Hal ini menunjukkan wanita lebih utama shalat di rumah. Bahkan dibanding masjid Nabawi pun.
B. Lelaki Shalat Sunnah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ صَلَاةُ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ
“Maka sungguh, sebaik-baik shalat, (yakni) shalat seseorang lelaki adalah di rumahnya kecuali shalat wajib…” (HR al-Bukhari, Muslim)
Pengecualian akan shalat fardhu dalam hadits di atas menunjukkan bahwa lelaki hebat, pasti di masjid ia akan shalat, juga di waktu yang tepat.
Tidak mengulur waktu hingga shalat terlambat. Apalagi terlewat…
@sahabatilmu
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Shalat merupakan ibadah nan mulia lagi utama. Pelaksanaannya bisa dimana saja.
Namun hendaklah ambil yang lebih utama. Baik waktu atau tempatnya.
A. Wanita Shalat Wajib
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ummu Humaid radhiyyallahu ‘anha,
قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاَةَ…
وَصَلاَتُكِ فِى دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاَتُكِ فِى مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِى مَسْجِدِى
”Aku telah mengetahui bahwa engkau senang sekali jika dapat shalat bersamaku..
(Namun ketahuilah bahwa) shalatmu di rumahmu lebih baik dari shalatmu di masjid kaummu.
Dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik daripada shalatmu di masjidku…”
(HR Ahmad: 27135, hadits hasan)
Hal ini menunjukkan wanita lebih utama shalat di rumah. Bahkan dibanding masjid Nabawi pun.
B. Lelaki Shalat Sunnah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ صَلَاةُ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ
“Maka sungguh, sebaik-baik shalat, (yakni) shalat seseorang lelaki adalah di rumahnya kecuali shalat wajib…” (HR al-Bukhari, Muslim)
Pengecualian akan shalat fardhu dalam hadits di atas menunjukkan bahwa lelaki hebat, pasti di masjid ia akan shalat, juga di waktu yang tepat.
Tidak mengulur waktu hingga shalat terlambat. Apalagi terlewat…
@sahabatilmu
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Bukan Lonceng, Bukan Terompet
Bukan Lonceng, Bukan Terompet
Adzan merupakan panggilan nan mulia penanda tiba waktu shalat.
Cara yang digunakan pun sangat mulia, tidak pernah ditemui di agama lain.
Dikisahkan dalam hadits yang shahih:
Dahulu tatkala kaum muslimin tiba di Madinah, mereka berkumpul dan memperkirakan waktu shalat, tanpa ada seorang pun yang menyerunya.
Hingga pada suatu hari, mereka membicarakan tentang hal tersebut.
Sebagian mereka berkata:
اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى
“Buatlah lonceng seperti lonceng Nashara..”
Sebagian yang lain berkata:
بَلْ بُوقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ
“Buatkan saja terompet semisal terompet Yahudi…”
Maka Umar berkata:
أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلاً يُنَادِي بِالصَّلاَةِ
“Tidakkah kalian menyuruh seseorang untuk menyeru shalat…?”
Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
يَا بِلاَلُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلاَةِ
”Wahai, Bilal.. berdiri dan serukanlah adzan untuk shalat…” (HR Al-Bukhari: 604, Muslim: 674)
Maka bersegeralah memenuhi panggilan kemenangan ini, wahai kaum Muslimin… Niscaya ketenangan dan kebahagiaan kalian peroleh…
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Adzan merupakan panggilan nan mulia penanda tiba waktu shalat.
Cara yang digunakan pun sangat mulia, tidak pernah ditemui di agama lain.
Dikisahkan dalam hadits yang shahih:
Dahulu tatkala kaum muslimin tiba di Madinah, mereka berkumpul dan memperkirakan waktu shalat, tanpa ada seorang pun yang menyerunya.
Hingga pada suatu hari, mereka membicarakan tentang hal tersebut.
Sebagian mereka berkata:
اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى
“Buatlah lonceng seperti lonceng Nashara..”
Sebagian yang lain berkata:
بَلْ بُوقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ
“Buatkan saja terompet semisal terompet Yahudi…”
Maka Umar berkata:
أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلاً يُنَادِي بِالصَّلاَةِ
“Tidakkah kalian menyuruh seseorang untuk menyeru shalat…?”
Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
يَا بِلاَلُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلاَةِ
”Wahai, Bilal.. berdiri dan serukanlah adzan untuk shalat…” (HR Al-Bukhari: 604, Muslim: 674)
Maka bersegeralah memenuhi panggilan kemenangan ini, wahai kaum Muslimin… Niscaya ketenangan dan kebahagiaan kalian peroleh…
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
4 Kalimat Yang Lebih Berat
4 Kalimat Yang Lebih Berat
Ada banyak dzikir yang dapat diucapkan di pagi hari. Namun hendaknya kita tidak melewatkan dzikir berikut ini.
Ibunda Kaum Mukminin, Juwairiyah binti Harits radhiyallahu ‘anha menuturkan,
Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah untuk shalat subuh, sementara Juwairiyah berada di tempat shalatnya (di rumah).
Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kembali di waktu dhuha, Juwairiyah masih tetap duduk di tempat shalatnya semula.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apa engkau tetap berada dalam kondisi seperti ini sejak aku tinggalkan subuh tadi…?”
Juwairiyah menjawab, “Iya.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Aku telah mengucapkan 4 kalimat sebanyak tiga kali, yang bila ditimbang dengan dzikir yang engkau baca semenjak pagi tadi, tentu akan lebih berat.
سُـبْحَانَ اللهِ وَ بِـحَمْـدِهِ؛ عَدَدَ خَـلْـقِـهِ ، وَ رِضَا نَفْسِهِ ، وَ زِنَـةَ عَـرْشِـهِ ، وَ مِـدَادَ كَـلِـمَاتِـهِ (ثلاث مرات)
“Mahasuci Allah, aku memujiNya sebanyak bilangan makhlukNya, Mahasuci Allah sesuai keridhaanNya, Mahasuci Allah seberat timbangan ‘arsyNya, dan Mahasuci Allah sebanyak tinta (yang menulis) kalimatNya.”
(dibaca setiap pagi 3 kali)
(Shahih, HR Muslim: 2726)
Jangan luput dibaca setiap pagi, walau kesibukan meliputi diri…
@sahabatilmu
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Ada banyak dzikir yang dapat diucapkan di pagi hari. Namun hendaknya kita tidak melewatkan dzikir berikut ini.
Ibunda Kaum Mukminin, Juwairiyah binti Harits radhiyallahu ‘anha menuturkan,
Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah untuk shalat subuh, sementara Juwairiyah berada di tempat shalatnya (di rumah).
Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kembali di waktu dhuha, Juwairiyah masih tetap duduk di tempat shalatnya semula.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apa engkau tetap berada dalam kondisi seperti ini sejak aku tinggalkan subuh tadi…?”
Juwairiyah menjawab, “Iya.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Aku telah mengucapkan 4 kalimat sebanyak tiga kali, yang bila ditimbang dengan dzikir yang engkau baca semenjak pagi tadi, tentu akan lebih berat.
سُـبْحَانَ اللهِ وَ بِـحَمْـدِهِ؛ عَدَدَ خَـلْـقِـهِ ، وَ رِضَا نَفْسِهِ ، وَ زِنَـةَ عَـرْشِـهِ ، وَ مِـدَادَ كَـلِـمَاتِـهِ (ثلاث مرات)
“Mahasuci Allah, aku memujiNya sebanyak bilangan makhlukNya, Mahasuci Allah sesuai keridhaanNya, Mahasuci Allah seberat timbangan ‘arsyNya, dan Mahasuci Allah sebanyak tinta (yang menulis) kalimatNya.”
(dibaca setiap pagi 3 kali)
(Shahih, HR Muslim: 2726)
Jangan luput dibaca setiap pagi, walau kesibukan meliputi diri…
@sahabatilmu
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Kenapa Islam Terpecah 73 Golongan?
Kenapa Islam Terpecah 73 Golongan?
Setiap kelompok mengaku dalilnya quran dan hadist tapi mengapa bisa berbeda, umat Islam berpecah belah?
Umar juga mempertanyakan Hal Ini. Lalu Umar berdiskusi dg Abdullah bin Abbas
Umar bertanya : hai abdullah bin Abbas mengapa umat Islam Ini berpecah belah? Padahal kitabnya 1, صلى اللّه عليه وسلمRasulullah nya sama, kiblatnya sama
Abdullah bin Abbas : ya amirul mukminin sesungguhnya alquran ini diturunkan ditengah2 kita, kita yg pertama kali membacanya, kita memahami isinya, kita memahami seluruh tafsir alquran, kita paham benar bagaimana Cara mengamalkannya. Wahai amirul mukminin setelah kita meninggal maka Akan lahirlah generasi selanjutnya, mereka membaca quran tp tidak memahami apa yg dimaksud, apa tafsir yg benar, ketika mereka tidak paham maka mulailah keluar pemahaman2 yg menurut pemikiran mereka sendiri.
Apabila setiap kelompok sudah berani mentafsirkan alquran menurut pemahaman masing2 maka umat Islam akan berpecah belah ..
__________________
Sumber: أُسْتَاذُ Muhammad Nuzul Dzikry, Lc - حفظه الله
┈┈»̶✽♈̷̴✽«̶┈┈
Setiap kelompok mengaku dalilnya quran dan hadist tapi mengapa bisa berbeda, umat Islam berpecah belah?
Umar juga mempertanyakan Hal Ini. Lalu Umar berdiskusi dg Abdullah bin Abbas
Umar bertanya : hai abdullah bin Abbas mengapa umat Islam Ini berpecah belah? Padahal kitabnya 1, صلى اللّه عليه وسلمRasulullah nya sama, kiblatnya sama
Abdullah bin Abbas : ya amirul mukminin sesungguhnya alquran ini diturunkan ditengah2 kita, kita yg pertama kali membacanya, kita memahami isinya, kita memahami seluruh tafsir alquran, kita paham benar bagaimana Cara mengamalkannya. Wahai amirul mukminin setelah kita meninggal maka Akan lahirlah generasi selanjutnya, mereka membaca quran tp tidak memahami apa yg dimaksud, apa tafsir yg benar, ketika mereka tidak paham maka mulailah keluar pemahaman2 yg menurut pemikiran mereka sendiri.
Apabila setiap kelompok sudah berani mentafsirkan alquran menurut pemahaman masing2 maka umat Islam akan berpecah belah ..
__________________
Sumber: أُسْتَاذُ Muhammad Nuzul Dzikry, Lc - حفظه الله
┈┈»̶✽♈̷̴✽«̶┈┈
Syarat Taubat
Syarat Taubat
Bertaubat memiliki syarat agar diterima Allah, Dzat Yang Maha Penerima Taubat:
1. Meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat yang telah dilakukan.
2. Menyesali dengan penyesalan sebenarnya.
3. Bertekad kuat untuk tidak melakukan kembali selamanya.
Apabila berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ditambah syarat ke-empat:
4. Menunaikan hak orang tersebut.
Misal: apabila berhubungan dengan hutang atau mengambil barang maka harus segera dibayarkan dan dikembalikan.
Jika terkait tuduhan, ghibah, dan sejenisnya maka hendaknya meminta permohonan ampun dan penghalalan.
Dan yang serupa dengannya.
(Lihat penjelasan al-Imam an-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin)
Tentu kita berharap dosa-dosa dihapuskan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
“Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa maka ia seperti orang yang tidak berdosa…” (Hasan, HR Ibnu Majah: 4250)
Namun jangan sampai sekedar ucapan di lisan semata.
Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah ta’ala berkata,
“Istighfar tanpa meninggalkan kemaksiatan adalah taubatnya para pendusta…”
Astaghfirullahal ‘adzhim wa atuubu ilaihi…
@sahabatilmu
♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷
Bertaubat memiliki syarat agar diterima Allah, Dzat Yang Maha Penerima Taubat:
1. Meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat yang telah dilakukan.
2. Menyesali dengan penyesalan sebenarnya.
3. Bertekad kuat untuk tidak melakukan kembali selamanya.
Apabila berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ditambah syarat ke-empat:
4. Menunaikan hak orang tersebut.
Misal: apabila berhubungan dengan hutang atau mengambil barang maka harus segera dibayarkan dan dikembalikan.
Jika terkait tuduhan, ghibah, dan sejenisnya maka hendaknya meminta permohonan ampun dan penghalalan.
Dan yang serupa dengannya.
(Lihat penjelasan al-Imam an-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin)
Tentu kita berharap dosa-dosa dihapuskan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
“Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa maka ia seperti orang yang tidak berdosa…” (Hasan, HR Ibnu Majah: 4250)
Namun jangan sampai sekedar ucapan di lisan semata.
Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah ta’ala berkata,
“Istighfar tanpa meninggalkan kemaksiatan adalah taubatnya para pendusta…”
Astaghfirullahal ‘adzhim wa atuubu ilaihi…
@sahabatilmu
♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷̴⌣♈̷
Awas Bahaya !! Banyak hadits palsu dan lemah dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin (Karya Imam Al Ghazali) Kitabnya kaum Shufi.
Awas Bahaya !! Banyak hadits palsu dan lemah dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin (Karya Imam Al Ghazali) Kitabnya kaum Shufi.
Alergi memang kalau mendengar nama Imam Al Ghazali bahkan ada yang muntah-muntah tapi tetaplah kita jangan membenci, Kiranya tidak berlebihan kalau kita mengatakan bahwa kitab Ihya’ Ulumiddin adalah termasuk kitab berbahasa Arab yang paling populer di kalangan kaum muslimin di Indonesia yang sering dibawa dalam khutbah jum'at, bahkan di seluruh dunia.
Kitab ini dianggap sebagai rujukan utama, sehingga seorang yang telah menamatkan pelajaran kitab ini dianggap telah mencapai kedudukan yang tinggi dalam pemahaman agama Islam.
Padahal, kiranya juga tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa kitab ini termasuk kitab yang paling keras diperingatkan oleh para ulama untuk dijauhi, bahkan di antara mereka ada yang merekomendasikan agar kitab ini dimusnahkan! (Lihat kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/327 dan 19/495-496).
Betapa tidak, kitab ini berisi banyak penyimpangan dan kesesatan besar, sehingga orang yang membacanya apalagi mendalaminya tidak akan aman dari kemungkinan terpengaruh dengan kesesatan tersebut, terlebih lagi kesesatan-kesesatan tersebut dibungkus dengan label agama.
Di antara kesesatan besar yang dikandung buku ini adalah pembenaran ideologi (keyakinan) wihdatul wujud (bersatunya wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan wujud makhluk), yaitu keyakinan bahwa semua yang ada pada hakikatnya adalah satu dan segala sesuatu yang kita lihat di alam semesta ini tidak lain merupakan perwujudan/ penampakan Zat Ilahi (Allah Subhanahu wa Ta’ala) – Mahasuci Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala keyakinan rusak ini –.
Keyakinan sangat menyimpang bahkan kafir ini dibenarkan secara terang-terangan oleh penulis kitab ini di beberapa tempat dalam kitab ini, misalnya pada jilid ke-4 halaman 86 dan halaman 245-246 (cet. Darul Ma’rifah, Beirut).
Cukuplah pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berikut ini menggambarkan besarnya penyimpangan dan kesesatan yang terdapat dalam kitab ini, “Kitab ini berisi pembahasan-pembahasan yang tercela, (yaitu) pembahasan yang rusak (menyimpang dari Islam) dari para ahli filsafat yang berkaitan dengan tauhid (pengesaaan Allah Subhanahu wa Ta’ala), kenabian dan hari kebangkitan. Maka, ketika penulisnya menyebutkan pemahaman orang-orang ahli Tasawwuf (yang sesat) keadaannya seperti seorang yang mengundang seorang musuh bagi kaum muslimin tetapi (disamarkan dengan) memakaikan padanya pakaian kaum muslimin (untuk merusak agama mereka secara terselubung). Sungguh para imam (ulama besar) Islam telah mengingkari (kesesatan dan penyimpangan) yang ditulis oleh Abu Hamid al-Gazali dalam kitab-kitabnya” (Kitab Majmu’ul Fataawa, 10/551-552).
Oleh karena itu, Imam Adz-Dzahabi menukil ucapan Imam Muhammad bin al-Walid Ath-Thurthuusyi yang mengatakan bahwa kitab Ihya’ Ulumiddin (artinya: menghidupkan ilmu-ilmu agama) lebih tepat jika dinamakan Imaatatu ‘uluumid diin (mematikan/merusak ilmu-ilmu agama).
Di samping itu, kitab ini juga memuat banyak hadits lemah bahkan palsu, yang tentu saja tidak boleh dinisbatkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan banyak di antaranya yang sangat bertentangan dengan prinsip dasar agama Islam.
Hal ini tidaklah mengherankan, karena sang penulis adalah seorang yang kurang pengetahuannya terhadap hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, khususnya dalam membedakan hadits yang shahih dan hadits yang lemah, sebagaimana pernyataan sang penulis sendiri, “Aku memiliki barang dagangan (pengetahuan) yang sedikit tentang hadits (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)” (Dinukil oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah, 12/174).
Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas semua kesesatan tersebut, tetapi saya akan membahas dan menilai keabsahan hadits-hadits yang dimuat dalam kitab ini, berdasarkan keterangan para ulama ahlus sunnah yang terlebih dahulu meneliti dan mengkritisi kitab ini.
Kritikan para ulama Ahlus Sunnah terhadap hadits-hadits dalam kitab ini
1- Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi berkata (dalam kitab beliau Minhaajul Qaashidiin, sebagaimana yang dinukil dalam Majalah Al-Bayaan, edisi 48 hal. 81), “Ketahuilah, bahwa kitab Ihya’ Ulumiddin di dalamnya terdapat banyak kerusakan (penyimpangan) yang tidak diketahui kecuali oleh para ulama. Penyimpangannya yang paling ringan (dibandingkan penyimpangan-penyimpangan besar lainnya) adalah hadits-hadits palsu dan batil (yang termaktub di dalamnya), juga hadits-hadits mauquf (ucapan shahabat atau tabi’in) yang dijadikan sebagai hadits marfu’ (ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Semua itu dinukil oleh penulisnya dari referensinya, meskipun bukan dia yang memalsukannya. Dan (sama sekali) tidak dibenarkan mendekatkan diri (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan hadits yang palsu, serta tidak boleh tertipu dengan ucapan yang didustakan (atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).”
2- Imam Abu Bakr Muhammad bin Al-Walid Ath-Thurthuusyi berkata, “…Kemudian al-Ghazali memenuhi kitab ini dengan kedustaan atas (nama) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan aku tidak mengetahui sebuah kitab di atas permukaan hamparan bumi ini yang lebih banyak (berisi) kedustaan atas (nama) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi kitab ini.” (Dinukil oleh Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/495).
3- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dalam kitab ini terdapat hadits-hadits dan riwayat-riwayat yang lemah bahkan banyak hadits yang palsu. Juga terdapat banyak kebatilan dan kebohongan orang-orang ahli Tasawwuf.” (Kitab Majmu’ul Fataawa, 10/552).
4- Imam Adz-Dzahabi berkata, “Adapun kitab Ihya’ Ulumiddin, maka di dalamnya terdapat sejumlah (besar) hadits-hadits yang batil (palsu).” (Kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/339).
5- Imam Ibnu Katsir berkata, “…Akan tetapi di dalam kitab ini banyak terdapat hadits-hadits yang asing, mungkar dan palsu.” (Kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah, 12/174).
6- Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani berkata, “Betapa banyak kitab Ihya’ Ulumiddin memuat hadits-hadits (palsu) yang oleh penulisnya dipastikan penisbatannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal Imam Al-Iraqi dan para ulama lainnya menegaskan bahwa hadits-hadits tersebut tidak ada asalnya (hadist palsu).” (Kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Sha’iifah wal Maudhuu’ah, 1/60).
7- Bahkan, Imam As-Subki mengumpulkan hadits-hadits dalam kitab Ihya’ Ulumiddin yang tidak ada asalnya (palsu), dan setelah dihitung semuanya berjumlah 923 hadits (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/287).
Beberapa contoh hadits palsu dan lemah yang dimuat dalam kitab ini
1. Hadits, “Percakapan dalam masjid akan memakan/ menghapus (pahala) kebaikan seperti binatang ternak yang memakan rumput.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/152, cet. Darul Ma’rifah, Beirut).
Hadits ini dihukumi oleh Imam Al-‘Iraqi, As-Subki dan Syaikh al-Albani sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya dalam kitab-kitab hadits (lihat kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah, 1/60).
2. Hadits, “Taufik yang sedikit lebih baik dari ilmu yang banyak.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/31).
Hadits ini juga dihukumi oleh para ulama di atas sebagai sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/287 dan Difaa’un ‘anil Hadiitsin Nabawi, halaman 46).
3. Hadits, “Agama Islam dibangun di atas kebersihan.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/49).
Hadits ini adalah hadits yang palsu, karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama ‘Umar bin Shubh al-Khurasani, Ibnu Hajar berkata tentangnya (dalam kitab Taqriibut Tahdziib, halaman 414), “Dia adalah perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah), bahkan (Imam Ishak) bin Rahuyah mendustakannya.” (Lihat kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah, no. 3264).
4. Hadits, “Sesungguhnya orang yang berilmu akan disiksa (dalam neraka) dengan siksaan yang akan membuat sempit (susah) penduduk nereka.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/60).
Hadits ini dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/287).
5. Hadits, “Seburuk-buruk ulama adalah yang selalu mendatangi para penguasa/ pemerintah dan sebaik-sebaik penguasa adalah yang selalu mendatangi para ulama.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/68).
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/288).
6. Hadits, “Barangsiapa yang berkata, ‘Aku adalah seorang mukmin’, maka dia kafir, dan barangsiapa yang berkata, ‘Aku adalah orang yang berilmu’, maka dia adalah orang yang jahil (bodoh).” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/125).
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/289) dan dinyatakan lemah oleh Imam As-Sakhawi (lihat kitab Al-Maqaashidul Hasanah, halaman 663).
7. Hadits, “Seorang hamba tidak akan mendapatkan (keutamaan) dari shalatnya, kecuali apa yang dipahaminya dari shalatnya.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/159).
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/289).
8. Hadits, “Sesuatu yang pertama kali Allah ciptakan adalah akal…” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/83 dan 3/4).
Hadits ini dihukumi oleh Imam Adz-Dzahabi dan Syaikh al-Albani sebagai hadits yang batil dan palsu (lihat kitab Lisaanul Miizaan, 4/314 dan Takhriiju Ahaadiitsil Misykaah, no. 5064).
9. Hadits, “Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” (Kitab IIhya’ ‘Ulumiddin, 1/71, 3/13 dan 3/23).
Hadits ini dihukumi oleh Syaikh Al-Albani sebagai hadits yang palsu (kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah, no. 422).
10. Hadits, “Wahai manusia, pahamilah (dengan akal) dari Rabb-mu dan saling berwasiatlah dengan akal.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/202).
Hadits ini adalah hadits palsu, diriwayatkan oleh Dawud bin al-Muhabbar dalam kitab Al-Aql, yang dikatatakan oleh Ibnu Hajar, “Dia adalah perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah) dan kitab Al-Aql yang ditulisnya mayoritas berisi hadits-hadits yang palsu.” (Dalam kitab Taqriibut Tahdziib, halaman 200).
11. Hadits tentang shalat ar-Ragaaib di bulan Rajab (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/83).
Hadits ini dihukumi sebagai hadits palsu oleh Imam Al-‘Iraqi (lihat takhrij beliau di catatan kaki kitab tersebut, 2/366, cet. Dar Asy-Syi’ab, Kairo).
Penutup
Dengan uraian ringkas tentang kitab Ihya’ ‘Ulumiddin di atas, jelaslah bagi kita kandungan buruk dan penyimpangan yang terdapat di dalamnya. Maka, seorang muslim yang menginginkan kebaikan dan keselamatan dalam agama dan imannya, hendaknya menjauhkan diri dari membaca buku-buku yang mengajarkan kesesatan seperti ini. Renungkanlah nasihat emas dari Imam Adz-Dzahabi ketika beliau mengkritik kitab Ihya’ ‘Ulumiddin dan kitab-kitab lain semisalnya yang memuat kesesatan dan penyimpangan, karena tidak mencukupkan diri dengan petunjuk Alquran dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pemahaman yang benar.
Imam Adz-Dzahabi berkata, “Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin di dalamnya terdapat sejumlah (besar) hadits-hadits yang batil (palsu) dan banyak kebaikannya kalau saja kitab itu tidak memuat adab, ritual dan kezuhudan (model) orang-orang (yang mengaku) ahli hikmah dan ahli Tasawwuf yang menyimpang, kita memohon kepada Allah (dianugerahkan) ilmu yang bermanfaat. Tahukah kamu apakah ilmu yang bermanfaat itu? Yaitu ilmu bersumber dari Alquran dan dijabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ucapan dan perbuatan (beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam), serta tidak ada larangan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tentangnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak menyukai sunnah/ petunjukku, maka dia bukan termasuk golonganku.” (HR. Al-Bukhari (no. 5063) dan Muslim (1401).
Maka, wajib bagimu wahai saudaraku untuk men-tadabbur-i (mempelajari dan merenungkan) Alquran, serta membaca dengan seksama (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) dalam Ash-Shahiihain (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim), Sunan An-Nasa’i, Riyadhus Shalihin dan Al-Azkar tulisan Imam An-Nawawi, (maka dengan itu) kamu akan beruntung dan sukses (meraih ilmu yang bermanfaat). Dan jauhilah pemikiran orang-orang Tasawwuf dan filsafat, ritual-ritual ahli riyadhah (ibadah-ibadah khusus ahli Tasawwuf), dan kelaparan (yang dipaksakan) oleh para pendeta, serta igauan tokoh-tokoh ahli khalwat (menyepi/ bersemedi yang mereka anggap sebagai ibadah). Maka, semua kebaikan adalah dengan mengikuti agama (Islam) yang hanif (lurus/ cenderung kepada tauhid) dan mudah (agama yang dibawa dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Maka, kepada Allah-lah kita memohon pertolongan, ya Allah, tunjukkanlah kepada kami jalan-Mu yang lurus.” (Kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/339-340).
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA - حفظه الله تعالى
♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥
Alergi memang kalau mendengar nama Imam Al Ghazali bahkan ada yang muntah-muntah tapi tetaplah kita jangan membenci, Kiranya tidak berlebihan kalau kita mengatakan bahwa kitab Ihya’ Ulumiddin adalah termasuk kitab berbahasa Arab yang paling populer di kalangan kaum muslimin di Indonesia yang sering dibawa dalam khutbah jum'at, bahkan di seluruh dunia.
Kitab ini dianggap sebagai rujukan utama, sehingga seorang yang telah menamatkan pelajaran kitab ini dianggap telah mencapai kedudukan yang tinggi dalam pemahaman agama Islam.
Padahal, kiranya juga tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa kitab ini termasuk kitab yang paling keras diperingatkan oleh para ulama untuk dijauhi, bahkan di antara mereka ada yang merekomendasikan agar kitab ini dimusnahkan! (Lihat kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/327 dan 19/495-496).
Betapa tidak, kitab ini berisi banyak penyimpangan dan kesesatan besar, sehingga orang yang membacanya apalagi mendalaminya tidak akan aman dari kemungkinan terpengaruh dengan kesesatan tersebut, terlebih lagi kesesatan-kesesatan tersebut dibungkus dengan label agama.
Di antara kesesatan besar yang dikandung buku ini adalah pembenaran ideologi (keyakinan) wihdatul wujud (bersatunya wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan wujud makhluk), yaitu keyakinan bahwa semua yang ada pada hakikatnya adalah satu dan segala sesuatu yang kita lihat di alam semesta ini tidak lain merupakan perwujudan/ penampakan Zat Ilahi (Allah Subhanahu wa Ta’ala) – Mahasuci Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala keyakinan rusak ini –.
Keyakinan sangat menyimpang bahkan kafir ini dibenarkan secara terang-terangan oleh penulis kitab ini di beberapa tempat dalam kitab ini, misalnya pada jilid ke-4 halaman 86 dan halaman 245-246 (cet. Darul Ma’rifah, Beirut).
Cukuplah pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berikut ini menggambarkan besarnya penyimpangan dan kesesatan yang terdapat dalam kitab ini, “Kitab ini berisi pembahasan-pembahasan yang tercela, (yaitu) pembahasan yang rusak (menyimpang dari Islam) dari para ahli filsafat yang berkaitan dengan tauhid (pengesaaan Allah Subhanahu wa Ta’ala), kenabian dan hari kebangkitan. Maka, ketika penulisnya menyebutkan pemahaman orang-orang ahli Tasawwuf (yang sesat) keadaannya seperti seorang yang mengundang seorang musuh bagi kaum muslimin tetapi (disamarkan dengan) memakaikan padanya pakaian kaum muslimin (untuk merusak agama mereka secara terselubung). Sungguh para imam (ulama besar) Islam telah mengingkari (kesesatan dan penyimpangan) yang ditulis oleh Abu Hamid al-Gazali dalam kitab-kitabnya” (Kitab Majmu’ul Fataawa, 10/551-552).
Oleh karena itu, Imam Adz-Dzahabi menukil ucapan Imam Muhammad bin al-Walid Ath-Thurthuusyi yang mengatakan bahwa kitab Ihya’ Ulumiddin (artinya: menghidupkan ilmu-ilmu agama) lebih tepat jika dinamakan Imaatatu ‘uluumid diin (mematikan/merusak ilmu-ilmu agama).
Di samping itu, kitab ini juga memuat banyak hadits lemah bahkan palsu, yang tentu saja tidak boleh dinisbatkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan banyak di antaranya yang sangat bertentangan dengan prinsip dasar agama Islam.
Hal ini tidaklah mengherankan, karena sang penulis adalah seorang yang kurang pengetahuannya terhadap hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, khususnya dalam membedakan hadits yang shahih dan hadits yang lemah, sebagaimana pernyataan sang penulis sendiri, “Aku memiliki barang dagangan (pengetahuan) yang sedikit tentang hadits (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam)” (Dinukil oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah, 12/174).
Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas semua kesesatan tersebut, tetapi saya akan membahas dan menilai keabsahan hadits-hadits yang dimuat dalam kitab ini, berdasarkan keterangan para ulama ahlus sunnah yang terlebih dahulu meneliti dan mengkritisi kitab ini.
Kritikan para ulama Ahlus Sunnah terhadap hadits-hadits dalam kitab ini
1- Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi berkata (dalam kitab beliau Minhaajul Qaashidiin, sebagaimana yang dinukil dalam Majalah Al-Bayaan, edisi 48 hal. 81), “Ketahuilah, bahwa kitab Ihya’ Ulumiddin di dalamnya terdapat banyak kerusakan (penyimpangan) yang tidak diketahui kecuali oleh para ulama. Penyimpangannya yang paling ringan (dibandingkan penyimpangan-penyimpangan besar lainnya) adalah hadits-hadits palsu dan batil (yang termaktub di dalamnya), juga hadits-hadits mauquf (ucapan shahabat atau tabi’in) yang dijadikan sebagai hadits marfu’ (ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Semua itu dinukil oleh penulisnya dari referensinya, meskipun bukan dia yang memalsukannya. Dan (sama sekali) tidak dibenarkan mendekatkan diri (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan hadits yang palsu, serta tidak boleh tertipu dengan ucapan yang didustakan (atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).”
2- Imam Abu Bakr Muhammad bin Al-Walid Ath-Thurthuusyi berkata, “…Kemudian al-Ghazali memenuhi kitab ini dengan kedustaan atas (nama) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan aku tidak mengetahui sebuah kitab di atas permukaan hamparan bumi ini yang lebih banyak (berisi) kedustaan atas (nama) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi kitab ini.” (Dinukil oleh Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/495).
3- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dalam kitab ini terdapat hadits-hadits dan riwayat-riwayat yang lemah bahkan banyak hadits yang palsu. Juga terdapat banyak kebatilan dan kebohongan orang-orang ahli Tasawwuf.” (Kitab Majmu’ul Fataawa, 10/552).
4- Imam Adz-Dzahabi berkata, “Adapun kitab Ihya’ Ulumiddin, maka di dalamnya terdapat sejumlah (besar) hadits-hadits yang batil (palsu).” (Kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/339).
5- Imam Ibnu Katsir berkata, “…Akan tetapi di dalam kitab ini banyak terdapat hadits-hadits yang asing, mungkar dan palsu.” (Kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah, 12/174).
6- Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani berkata, “Betapa banyak kitab Ihya’ Ulumiddin memuat hadits-hadits (palsu) yang oleh penulisnya dipastikan penisbatannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal Imam Al-Iraqi dan para ulama lainnya menegaskan bahwa hadits-hadits tersebut tidak ada asalnya (hadist palsu).” (Kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Sha’iifah wal Maudhuu’ah, 1/60).
7- Bahkan, Imam As-Subki mengumpulkan hadits-hadits dalam kitab Ihya’ Ulumiddin yang tidak ada asalnya (palsu), dan setelah dihitung semuanya berjumlah 923 hadits (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/287).
Beberapa contoh hadits palsu dan lemah yang dimuat dalam kitab ini
1. Hadits, “Percakapan dalam masjid akan memakan/ menghapus (pahala) kebaikan seperti binatang ternak yang memakan rumput.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/152, cet. Darul Ma’rifah, Beirut).
Hadits ini dihukumi oleh Imam Al-‘Iraqi, As-Subki dan Syaikh al-Albani sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya dalam kitab-kitab hadits (lihat kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah, 1/60).
2. Hadits, “Taufik yang sedikit lebih baik dari ilmu yang banyak.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/31).
Hadits ini juga dihukumi oleh para ulama di atas sebagai sebagai hadits palsu yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/287 dan Difaa’un ‘anil Hadiitsin Nabawi, halaman 46).
3. Hadits, “Agama Islam dibangun di atas kebersihan.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/49).
Hadits ini adalah hadits yang palsu, karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama ‘Umar bin Shubh al-Khurasani, Ibnu Hajar berkata tentangnya (dalam kitab Taqriibut Tahdziib, halaman 414), “Dia adalah perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah), bahkan (Imam Ishak) bin Rahuyah mendustakannya.” (Lihat kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah, no. 3264).
4. Hadits, “Sesungguhnya orang yang berilmu akan disiksa (dalam neraka) dengan siksaan yang akan membuat sempit (susah) penduduk nereka.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/60).
Hadits ini dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/287).
5. Hadits, “Seburuk-buruk ulama adalah yang selalu mendatangi para penguasa/ pemerintah dan sebaik-sebaik penguasa adalah yang selalu mendatangi para ulama.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/68).
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/288).
6. Hadits, “Barangsiapa yang berkata, ‘Aku adalah seorang mukmin’, maka dia kafir, dan barangsiapa yang berkata, ‘Aku adalah orang yang berilmu’, maka dia adalah orang yang jahil (bodoh).” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/125).
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/289) dan dinyatakan lemah oleh Imam As-Sakhawi (lihat kitab Al-Maqaashidul Hasanah, halaman 663).
7. Hadits, “Seorang hamba tidak akan mendapatkan (keutamaan) dari shalatnya, kecuali apa yang dipahaminya dari shalatnya.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/159).
Hadits ini juga dihukumi oleh Imam As-Subki sebagai hadits yang tidak ada asalnya (lihat kitab Thabaqaatusy Syaafi’iyyatil Kubra, 6/289).
8. Hadits, “Sesuatu yang pertama kali Allah ciptakan adalah akal…” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/83 dan 3/4).
Hadits ini dihukumi oleh Imam Adz-Dzahabi dan Syaikh al-Albani sebagai hadits yang batil dan palsu (lihat kitab Lisaanul Miizaan, 4/314 dan Takhriiju Ahaadiitsil Misykaah, no. 5064).
9. Hadits, “Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” (Kitab IIhya’ ‘Ulumiddin, 1/71, 3/13 dan 3/23).
Hadits ini dihukumi oleh Syaikh Al-Albani sebagai hadits yang palsu (kitab Silsilatul Ahaadiitsidh Dha’iifah wal Maudhuu’ah, no. 422).
10. Hadits, “Wahai manusia, pahamilah (dengan akal) dari Rabb-mu dan saling berwasiatlah dengan akal.” (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/202).
Hadits ini adalah hadits palsu, diriwayatkan oleh Dawud bin al-Muhabbar dalam kitab Al-Aql, yang dikatatakan oleh Ibnu Hajar, “Dia adalah perawi yang matruk (ditinggalkan riwayatnya karena sangat lemah) dan kitab Al-Aql yang ditulisnya mayoritas berisi hadits-hadits yang palsu.” (Dalam kitab Taqriibut Tahdziib, halaman 200).
11. Hadits tentang shalat ar-Ragaaib di bulan Rajab (Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, 1/83).
Hadits ini dihukumi sebagai hadits palsu oleh Imam Al-‘Iraqi (lihat takhrij beliau di catatan kaki kitab tersebut, 2/366, cet. Dar Asy-Syi’ab, Kairo).
Penutup
Dengan uraian ringkas tentang kitab Ihya’ ‘Ulumiddin di atas, jelaslah bagi kita kandungan buruk dan penyimpangan yang terdapat di dalamnya. Maka, seorang muslim yang menginginkan kebaikan dan keselamatan dalam agama dan imannya, hendaknya menjauhkan diri dari membaca buku-buku yang mengajarkan kesesatan seperti ini. Renungkanlah nasihat emas dari Imam Adz-Dzahabi ketika beliau mengkritik kitab Ihya’ ‘Ulumiddin dan kitab-kitab lain semisalnya yang memuat kesesatan dan penyimpangan, karena tidak mencukupkan diri dengan petunjuk Alquran dan hadits-hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan pemahaman yang benar.
Imam Adz-Dzahabi berkata, “Kitab Ihya’ ‘Ulumiddin di dalamnya terdapat sejumlah (besar) hadits-hadits yang batil (palsu) dan banyak kebaikannya kalau saja kitab itu tidak memuat adab, ritual dan kezuhudan (model) orang-orang (yang mengaku) ahli hikmah dan ahli Tasawwuf yang menyimpang, kita memohon kepada Allah (dianugerahkan) ilmu yang bermanfaat. Tahukah kamu apakah ilmu yang bermanfaat itu? Yaitu ilmu bersumber dari Alquran dan dijabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ucapan dan perbuatan (beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam), serta tidak ada larangan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tentangnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak menyukai sunnah/ petunjukku, maka dia bukan termasuk golonganku.” (HR. Al-Bukhari (no. 5063) dan Muslim (1401).
Maka, wajib bagimu wahai saudaraku untuk men-tadabbur-i (mempelajari dan merenungkan) Alquran, serta membaca dengan seksama (hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) dalam Ash-Shahiihain (Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim), Sunan An-Nasa’i, Riyadhus Shalihin dan Al-Azkar tulisan Imam An-Nawawi, (maka dengan itu) kamu akan beruntung dan sukses (meraih ilmu yang bermanfaat). Dan jauhilah pemikiran orang-orang Tasawwuf dan filsafat, ritual-ritual ahli riyadhah (ibadah-ibadah khusus ahli Tasawwuf), dan kelaparan (yang dipaksakan) oleh para pendeta, serta igauan tokoh-tokoh ahli khalwat (menyepi/ bersemedi yang mereka anggap sebagai ibadah). Maka, semua kebaikan adalah dengan mengikuti agama (Islam) yang hanif (lurus/ cenderung kepada tauhid) dan mudah (agama yang dibawa dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Maka, kepada Allah-lah kita memohon pertolongan, ya Allah, tunjukkanlah kepada kami jalan-Mu yang lurus.” (Kitab Siyaru A’laamin Nubala’, 19/339-340).
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA - حفظه الله تعالى
♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥
Bertaubat Sebelum Terlambat
Bertaubat Sebelum Terlambat
Setiap kali berbuat dosa dan maksiat maka bersegeralah bertaubat, sebelum….
A. Hari Kiamat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa membuka lebar tanganNya di malam hari untuk menerima taubat orang yang melakukan dosa di siang hari.
Dan Allah senantiasa akan membuka lebar tanganNya di siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan dosa di malam hari.
Dan demikian ini terus berlaku hingga matahari terbit dari barat (kiamat)..” (HR. Muslim: 2760)
Bila pun tidak menjumpai kiamat (karena seburuk-buruk orang adalah yang mengalami hari kiamat) maka tentu setiap kita akan menjalanii saat-saat dahsyat sakaratul maut.
B. Nyawa Di Kerongkongan.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum nyawa sampai di kerongkongan (sakaratul maut)…” (Shahih, HR. At-Tirmidzi: 1531, Ibnu Majah: 3407; Shahih al-Jami’: 1309)
Mari sudahi perbuatan dosa dan maksiat…
Apakah kita dapat menjamin esok pagi masih dapat menatap indahnya mentari…?!
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Setiap kali berbuat dosa dan maksiat maka bersegeralah bertaubat, sebelum….
A. Hari Kiamat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa membuka lebar tanganNya di malam hari untuk menerima taubat orang yang melakukan dosa di siang hari.
Dan Allah senantiasa akan membuka lebar tanganNya di siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan dosa di malam hari.
Dan demikian ini terus berlaku hingga matahari terbit dari barat (kiamat)..” (HR. Muslim: 2760)
Bila pun tidak menjumpai kiamat (karena seburuk-buruk orang adalah yang mengalami hari kiamat) maka tentu setiap kita akan menjalanii saat-saat dahsyat sakaratul maut.
B. Nyawa Di Kerongkongan.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum nyawa sampai di kerongkongan (sakaratul maut)…” (Shahih, HR. At-Tirmidzi: 1531, Ibnu Majah: 3407; Shahih al-Jami’: 1309)
Mari sudahi perbuatan dosa dan maksiat…
Apakah kita dapat menjamin esok pagi masih dapat menatap indahnya mentari…?!
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Kelezatan pada 3 pintu
Kelezatan pada 3 pintu
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله تعالى
قال الحسن البصري رحمه الله : " تفقدوا الحلاوة في ثلاثة أشياء : في الصلاة وفي الذكر ، وفي قراءة القرآن ، فإن وجدتم .. وإلا فاعلموا أن الباب مغلق " ..
Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata:"Carilah kelezatan pada tiga: pada sholat, dzikir dan membaca alqur'an." Jika kalian menemukan kelezatan padanya (maka itu kebaikan). Jika tidak, berarti pintu masih tertutup. " (Hilyah auliya 4/318).
┈┈»̶✽♈̷̴✽«̶┈┈
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله تعالى
قال الحسن البصري رحمه الله : " تفقدوا الحلاوة في ثلاثة أشياء : في الصلاة وفي الذكر ، وفي قراءة القرآن ، فإن وجدتم .. وإلا فاعلموا أن الباب مغلق " ..
Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata:"Carilah kelezatan pada tiga: pada sholat, dzikir dan membaca alqur'an." Jika kalian menemukan kelezatan padanya (maka itu kebaikan). Jika tidak, berarti pintu masih tertutup. " (Hilyah auliya 4/318).
┈┈»̶✽♈̷̴✽«̶┈┈
Tidak Lari Mengapa Dikejar & Tidak Hilang Mengapa Khawatir?
Tidak Lari Mengapa Dikejar & Tidak Hilang Mengapa Khawatir?
Biasanya anda berlari karena mengejar sesuatu agar tidak menjauh. Sebagaimana biasanya sesuatu bila ditinggal atau diabaikan akan hilang, sehingga anda kawatir setiap kali ketinggalan sesuatu.
Namun anehnya selama ini anda berlari mengejar rejeki, padahal untuk urusan rejeki, ia tidak pernah lari. Sebaliknya, anda menjadi gundah, lagi panik bila menyadari ada dari sebagian harta anda yang ketinggalan di suatu tempat karena anda kawatir kehilangan.
Sobat! ketahuilah sikap semacam ini sejatinya adalah kesalahan besar yang selama ini melilit diri anda.
Percayalah bahwa rejeki anda tidak akan pergi menjauh sehingga tidak ada perlu anda berlari tunggang langgang mengejarnya.
Sebaliknya rejeki anda juga tidak akan hilang dipungut orang walaupun telah ketinggalan di suatu tempat.
Cukuplah anda berusaha sewajarnya yaitu dengan tetap mengindahkan batasan dan hukum syari'at, niscaya seluruh rejeki anda pasti berhasil anda dapatkan dan nikmati.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إن الروح الأمين نفث فى روعى أنها لا تموت نفس حتى تستوفى رزقها فأجملوا فى الطلب
Sejatinya Malaikat Jibril (Ruhul Qudus) membisikkan ke dalam jiwaku bahwa tiada seorang jiwapun yang meninggal dunia hingga ia benar-benartelah mengenyam jatah rizkinya, karena itu tempuh jalan-jalan yang baik dalam mencari rizki. (Ibnu Aii Syaibah, Al Baihaqy dan lainnya).
percayalah sobat! niscaya anda bahagia.
Nasehat سْتَاذُ DR. Muhammad Arifin Baderi - حفظه الله تعالى
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Biasanya anda berlari karena mengejar sesuatu agar tidak menjauh. Sebagaimana biasanya sesuatu bila ditinggal atau diabaikan akan hilang, sehingga anda kawatir setiap kali ketinggalan sesuatu.
Namun anehnya selama ini anda berlari mengejar rejeki, padahal untuk urusan rejeki, ia tidak pernah lari. Sebaliknya, anda menjadi gundah, lagi panik bila menyadari ada dari sebagian harta anda yang ketinggalan di suatu tempat karena anda kawatir kehilangan.
Sobat! ketahuilah sikap semacam ini sejatinya adalah kesalahan besar yang selama ini melilit diri anda.
Percayalah bahwa rejeki anda tidak akan pergi menjauh sehingga tidak ada perlu anda berlari tunggang langgang mengejarnya.
Sebaliknya rejeki anda juga tidak akan hilang dipungut orang walaupun telah ketinggalan di suatu tempat.
Cukuplah anda berusaha sewajarnya yaitu dengan tetap mengindahkan batasan dan hukum syari'at, niscaya seluruh rejeki anda pasti berhasil anda dapatkan dan nikmati.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إن الروح الأمين نفث فى روعى أنها لا تموت نفس حتى تستوفى رزقها فأجملوا فى الطلب
Sejatinya Malaikat Jibril (Ruhul Qudus) membisikkan ke dalam jiwaku bahwa tiada seorang jiwapun yang meninggal dunia hingga ia benar-benartelah mengenyam jatah rizkinya, karena itu tempuh jalan-jalan yang baik dalam mencari rizki. (Ibnu Aii Syaibah, Al Baihaqy dan lainnya).
percayalah sobat! niscaya anda bahagia.
Nasehat سْتَاذُ DR. Muhammad Arifin Baderi - حفظه الله تعالى
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Jangan bertetangga
Jangan bertetangga
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله تعالى
Umar bin Al Khathab menulis surat kepada Abu Musa:
"Perintahkan para karib kerabat itu untuk saling berkunjung, dan jangan saling bertetanggaan."
(Al 'Aqdul Fariid 2/164).
Kata orang..
Saudara itu kalau jauh sewangi bunga..
Tapi kalau berdekatan sebau tinja..
bisa jadi benar..
karena..
Hubungan kekerabatan amat rawan retak..
Mudah putus..
Kecuali orang yang dirahmati oleh Allah..
◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله تعالى
Umar bin Al Khathab menulis surat kepada Abu Musa:
"Perintahkan para karib kerabat itu untuk saling berkunjung, dan jangan saling bertetanggaan."
(Al 'Aqdul Fariid 2/164).
Kata orang..
Saudara itu kalau jauh sewangi bunga..
Tapi kalau berdekatan sebau tinja..
bisa jadi benar..
karena..
Hubungan kekerabatan amat rawan retak..
Mudah putus..
Kecuali orang yang dirahmati oleh Allah..
◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦◦"̮◦
ANTARA DOKTER DAN USTADZ
ANTARA DOKTER DAN USTADZ
Jika menjadi dokter beresiko…,
Maka demikian juga menjadi da'i/ustadz maka lebih sangat beresiko.
Jika sang dokter salah memberi resep bisa semakin memperparah derita pasien atau bahkan menyebabkannya meninggal…
Maka demikian juga jika ustadz salah memberi fatwa…tergesa-gesa…tidak menganalisa terlebih dahulu…maka bisa menyesatkan di dunia dan di akhirat menyebabkan penderitaan di akhirat.
Maka sungguh wajar jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang para ustadz yang demikian :
فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
"Mereka ditanya, lalu mereka berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan" (HR Al-Bukhari no 100 dan Muslim no 2673)
Maka jika masyarakat marah tatkala melihat dokter yang materialistis (padahal dokter bekerja mencari penghasilan…) apalagi sampai salah memberi resep…
Maka masyarakat lebih utama untuk marah kepada ustadz yang materialistis (yang memasang tarif, apalagi tarif yang tinggi…!!!), apalagi sampai berfatwa menyesatkan umat atau membela firqoh sesat…!!
Tentunya seorang dai/ustadz yang telah berusaha dan berijtihad lantas salah dalam fatwanya, maka ustadz seperti seharusnya dimaafkan oleh masyarakat.
Maka demikian pula seorang dokter yang sudah berusaha menganalisa penyakit, bahkan mungkin bermusyawarah dengan para dokter yang lain, kemudian ternyata salah memberi resep atau salah mengambil tindakan, maka dokter ini bukan hanya dimaafkan akan tetapi juga dihargai atas usahanya, sebagaimana ustadz yang salah berfatwa namun dibangun diatas ijtihad dan usaha, maka ia mendapatkan satu pahala.
Jika Ustadz tidak ada yang maksum, maka terlebih lagi dokter tidak ada yang analisanya selalu tepat dan benar !!!
Apalagi kesembuhan hanya dari Allah…sebagaimana hidayah hanya milikNya…
Oleh: أُسْتَاذُ Firanda Andirja, Lc MA - حفظه الله تعالى
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Jika menjadi dokter beresiko…,
Maka demikian juga menjadi da'i/ustadz maka lebih sangat beresiko.
Jika sang dokter salah memberi resep bisa semakin memperparah derita pasien atau bahkan menyebabkannya meninggal…
Maka demikian juga jika ustadz salah memberi fatwa…tergesa-gesa…tidak menganalisa terlebih dahulu…maka bisa menyesatkan di dunia dan di akhirat menyebabkan penderitaan di akhirat.
Maka sungguh wajar jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang para ustadz yang demikian :
فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
"Mereka ditanya, lalu mereka berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan" (HR Al-Bukhari no 100 dan Muslim no 2673)
Maka jika masyarakat marah tatkala melihat dokter yang materialistis (padahal dokter bekerja mencari penghasilan…) apalagi sampai salah memberi resep…
Maka masyarakat lebih utama untuk marah kepada ustadz yang materialistis (yang memasang tarif, apalagi tarif yang tinggi…!!!), apalagi sampai berfatwa menyesatkan umat atau membela firqoh sesat…!!
Tentunya seorang dai/ustadz yang telah berusaha dan berijtihad lantas salah dalam fatwanya, maka ustadz seperti seharusnya dimaafkan oleh masyarakat.
Maka demikian pula seorang dokter yang sudah berusaha menganalisa penyakit, bahkan mungkin bermusyawarah dengan para dokter yang lain, kemudian ternyata salah memberi resep atau salah mengambil tindakan, maka dokter ini bukan hanya dimaafkan akan tetapi juga dihargai atas usahanya, sebagaimana ustadz yang salah berfatwa namun dibangun diatas ijtihad dan usaha, maka ia mendapatkan satu pahala.
Jika Ustadz tidak ada yang maksum, maka terlebih lagi dokter tidak ada yang analisanya selalu tepat dan benar !!!
Apalagi kesembuhan hanya dari Allah…sebagaimana hidayah hanya milikNya…
Oleh: أُسْتَاذُ Firanda Andirja, Lc MA - حفظه الله تعالى
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Doa Ampunan Dosa
Doa Ampunan Dosa
Saat seorang hamba mukmin melakukan perbuatan dosa, ada rasa sesak di dada.
Itulah tanda keimanan masih bersemayam di jiwa.
A. Dua Tanda Dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Kebajikan adalah bagusnya akhlak, sedangkan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwamu dan engkau tidak suka apabila hal itu diketahui oleh orang lain…” (HR Muslim: 4633)
B. Berdoalah.
Senantiasa berdoa, memohon ampunan Allah Ta’ala.
Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Ajarkanlah aku suatu doa yang dapat aku panjatkan di saat shalat…!”
Beliau berucap, “Bacalah:
اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya Allah, sungguh aku telah mendzhalimi diriku sendiri dengan kedzhaliman yang banyak.
Dan tiada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan pengampunan dari sisiMu, dan rahmatilah aku.
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang…”
(HR. Bukhari: 834, Muslim: 2705)
Cucurkan air mata penyesalan… Boleh berdoa dengan doa-doa lainnya… Boleh pula dengan bahasa kita…
Lakukan di malam hari, tentu lebih berkesan…
@sahabatilmu
┈┈»̶✽♈̷̴✽«̶┈┈
Saat seorang hamba mukmin melakukan perbuatan dosa, ada rasa sesak di dada.
Itulah tanda keimanan masih bersemayam di jiwa.
A. Dua Tanda Dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Kebajikan adalah bagusnya akhlak, sedangkan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwamu dan engkau tidak suka apabila hal itu diketahui oleh orang lain…” (HR Muslim: 4633)
B. Berdoalah.
Senantiasa berdoa, memohon ampunan Allah Ta’ala.
Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Ajarkanlah aku suatu doa yang dapat aku panjatkan di saat shalat…!”
Beliau berucap, “Bacalah:
اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya Allah, sungguh aku telah mendzhalimi diriku sendiri dengan kedzhaliman yang banyak.
Dan tiada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan pengampunan dari sisiMu, dan rahmatilah aku.
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang…”
(HR. Bukhari: 834, Muslim: 2705)
Cucurkan air mata penyesalan… Boleh berdoa dengan doa-doa lainnya… Boleh pula dengan bahasa kita…
Lakukan di malam hari, tentu lebih berkesan…
@sahabatilmu
┈┈»̶✽♈̷̴✽«̶┈┈
Senin, 25 November 2013
Tujuan ibadah
Tujuan ibadah
Allah Ta'ala berfirman yang artinya :
"Wahai manusia..
Beribadahlah kepada Rabbmu..
Yang telah menciptakanmu..
Dan menciptakan orang-orang sebelum kamu..
Agar kamu bertaqwa..
Al Baqarah ayat 21..
Ini menunjukkan bahwa tujuan ibadah adalah taqwa..
Maka ibadah yang tidak menimbulkan ketaqwaan..
tanda Allah tidak menerimanya..
Ibnu Umar رضي الله عنه berkata :
"Bila aku mengetahui sholatku diterima..
Itu lebih aku sukai dari dunia dan seisinya..
Karena Allah berfirman yang artinya..
"Sesungguhnya Allah hanyalah menerima dari orang-orang yang bertaqwa saja."
Al Maidah ayat 27..
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله تعالى
┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈
Allah Ta'ala berfirman yang artinya :
"Wahai manusia..
Beribadahlah kepada Rabbmu..
Yang telah menciptakanmu..
Dan menciptakan orang-orang sebelum kamu..
Agar kamu bertaqwa..
Al Baqarah ayat 21..
Ini menunjukkan bahwa tujuan ibadah adalah taqwa..
Maka ibadah yang tidak menimbulkan ketaqwaan..
tanda Allah tidak menerimanya..
Ibnu Umar رضي الله عنه berkata :
"Bila aku mengetahui sholatku diterima..
Itu lebih aku sukai dari dunia dan seisinya..
Karena Allah berfirman yang artinya..
"Sesungguhnya Allah hanyalah menerima dari orang-orang yang bertaqwa saja."
Al Maidah ayat 27..
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Abu Yahya Badrusalam, Lc - حفظه الله تعالى
┈┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈┈
INGATLAH KETIKA ENGKAU MATI !
INGATLAH KETIKA ENGKAU MATI !
Diterjemahkan oleh: أُسْتَاذُ Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc MA - حفظه الله تعالى
1. Ketika engkau dilahirkan, engkau diadzani, namun tanpa disholati.
Dan ketika engkau mati, engkau disholati (jenazahmu), namun tanpa adzan.
2. Ketika engkau dilahirkan (di dunia ini), engkau tidak tahu siapakah yg mengeluarkanmu dari dalam perut ibumu.
Demikian pula, ketika engkau mati, engkau tidak tahu siapakah yg akan memikul (jenazah)mu di atas pundak-pundak mereka.
3. Ketika engkau dilahirkan, engkau dimandikan dan dibersihkan.
Demikian pula, ketika engkau mati, engkau dimandikan dan dibersihkan.
4. Ketika engkau dilahirkan, kedua orang tuamu n keluargamu merasa bergembira dengan (kelahiran)mu.
Namun, ketika engkau mati, kedua orang tuamu dan keluargamu menangisi (kematian)mu.
5. Wahai anak cucu Adam, engkau diciptakan dari tanah.
Maka, Maha Suci Allah yang telah menjadikanmu dikubur di dlm tanah (pula) sesudah kematianmu.
6. Ketika engkau berada di dalam perut ibumu, engkau berada di tempat yg sangat sempit nan gelap gulita.
Dan ketika engkau mati, engkau berada di tempat yg sangat sempit nan gelap gulita pula (yakni di dlm liang kubur).
7. Ketika engkau dilahirkan, engkau ditutupi dengan kain (pakaian), agar orang-orang menutupi (tubuh n aurat)mu.
Dan ketika engkau mati, engkau ditutupi dengan kain kafan, agar mereka menutupi (tubuh n aurat)mu pula.
8. Ketika engkau dilahirkan dan telah menjadi dewasa, orang-orang bertanya kepadamu tentang ijazah (pendidikan)mu dan pengalaman/keahlianmu.
Namun, ketika engkau mati, engkau tidak akan ditanya selain tentang amalan sholihmu saja.
» Oleh karena itu, BEKAL APA yg telah engkau siapkan untuk kehidupan sesudah kematianmu?
(*) Diterjemahkan oleh Abu Fawaz Asy-Syirboony dari kitab Kafaa Bil-Mauti Waa’izhon, karya DR. Badr Abdul Hamid Humaisah, hal.29. Klaten, 25 November 2013.
» Artikel BB Group Majlis Hadits, chat room Faedah dan Mau’izhoh Hasanah.
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇ ♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇ ♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇ ♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Diterjemahkan oleh: أُسْتَاذُ Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc MA - حفظه الله تعالى
1. Ketika engkau dilahirkan, engkau diadzani, namun tanpa disholati.
Dan ketika engkau mati, engkau disholati (jenazahmu), namun tanpa adzan.
2. Ketika engkau dilahirkan (di dunia ini), engkau tidak tahu siapakah yg mengeluarkanmu dari dalam perut ibumu.
Demikian pula, ketika engkau mati, engkau tidak tahu siapakah yg akan memikul (jenazah)mu di atas pundak-pundak mereka.
3. Ketika engkau dilahirkan, engkau dimandikan dan dibersihkan.
Demikian pula, ketika engkau mati, engkau dimandikan dan dibersihkan.
4. Ketika engkau dilahirkan, kedua orang tuamu n keluargamu merasa bergembira dengan (kelahiran)mu.
Namun, ketika engkau mati, kedua orang tuamu dan keluargamu menangisi (kematian)mu.
5. Wahai anak cucu Adam, engkau diciptakan dari tanah.
Maka, Maha Suci Allah yang telah menjadikanmu dikubur di dlm tanah (pula) sesudah kematianmu.
6. Ketika engkau berada di dalam perut ibumu, engkau berada di tempat yg sangat sempit nan gelap gulita.
Dan ketika engkau mati, engkau berada di tempat yg sangat sempit nan gelap gulita pula (yakni di dlm liang kubur).
7. Ketika engkau dilahirkan, engkau ditutupi dengan kain (pakaian), agar orang-orang menutupi (tubuh n aurat)mu.
Dan ketika engkau mati, engkau ditutupi dengan kain kafan, agar mereka menutupi (tubuh n aurat)mu pula.
8. Ketika engkau dilahirkan dan telah menjadi dewasa, orang-orang bertanya kepadamu tentang ijazah (pendidikan)mu dan pengalaman/keahlianmu.
Namun, ketika engkau mati, engkau tidak akan ditanya selain tentang amalan sholihmu saja.
» Oleh karena itu, BEKAL APA yg telah engkau siapkan untuk kehidupan sesudah kematianmu?
(*) Diterjemahkan oleh Abu Fawaz Asy-Syirboony dari kitab Kafaa Bil-Mauti Waa’izhon, karya DR. Badr Abdul Hamid Humaisah, hal.29. Klaten, 25 November 2013.
» Artikel BB Group Majlis Hadits, chat room Faedah dan Mau’izhoh Hasanah.
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Mencintai Saudaranya Karena Allah
Mencintai Saudaranya Karena Allah
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Ahmad Ferry Nasution/Abu Urwah - حفظه الله تعالى
Segala puji dan syukur seluruhnya berpulang kepada Rabbul ‘aalaminn yang telah menjadikan kecintaan seseorang kepada saudaranya karena ALLAH merupaka salah satu jalan seseorang menuju surga, yang demikian telah ditekankan oleh Nabi kita yang mulia صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ
Rasulullah صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ bersabda ,
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga, hingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai… (Muslim: 54)
Semoga ALLAH subhaanahu wa taala memeberikan kecintaan pada diriku kepada orang-orang yang senantiasa tunduk dan patuh diatas ketaatan kepada ALLAH subhaanahu wa taala.
Akhukum Almuhib Ahmad Ferry Nasution.
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Ahmad Ferry Nasution/Abu Urwah - حفظه الله تعالى
Segala puji dan syukur seluruhnya berpulang kepada Rabbul ‘aalaminn yang telah menjadikan kecintaan seseorang kepada saudaranya karena ALLAH merupaka salah satu jalan seseorang menuju surga, yang demikian telah ditekankan oleh Nabi kita yang mulia صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ
Rasulullah صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ bersabda ,
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga, hingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai… (Muslim: 54)
Semoga ALLAH subhaanahu wa taala memeberikan kecintaan pada diriku kepada orang-orang yang senantiasa tunduk dan patuh diatas ketaatan kepada ALLAH subhaanahu wa taala.
Akhukum Almuhib Ahmad Ferry Nasution.
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Berbuat Dosa, Jangan Putus Asa
Berbuat Dosa, Jangan Putus Asa.
Kita tidak boleh meremehkan maksiat yang dilakukan. Namun jangan pula larut dalam kepedihan dosa.
A. Tak Boleh Putus Asa.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“Dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf: 87)
B. Allah Maha Pengampun.
Selama seorang hamba tertaubat, maka Allah akan mengampuni,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
“Katakanlah: “Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya” (QS. Az-Zumar: 53)
C. Seperti Tidak Berdosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
“Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa maka ia seperti orang yang tidak berdosa…” (Hasan, HR Ibnu Majah: 4250)
Ingatlah…!!
Setan itu akan selalu menggoda orang yang masih memiliki keimanan, sehingga bila berdosa ia akan menyesal.
Adapun orang yang tak lagi menyesal saat berbuat dosa, setan pun enggan mendekatinya.
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Kita tidak boleh meremehkan maksiat yang dilakukan. Namun jangan pula larut dalam kepedihan dosa.
A. Tak Boleh Putus Asa.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“Dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf: 87)
B. Allah Maha Pengampun.
Selama seorang hamba tertaubat, maka Allah akan mengampuni,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
“Katakanlah: “Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya” (QS. Az-Zumar: 53)
C. Seperti Tidak Berdosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
“Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa maka ia seperti orang yang tidak berdosa…” (Hasan, HR Ibnu Majah: 4250)
Ingatlah…!!
Setan itu akan selalu menggoda orang yang masih memiliki keimanan, sehingga bila berdosa ia akan menyesal.
Adapun orang yang tak lagi menyesal saat berbuat dosa, setan pun enggan mendekatinya.
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Tetap sehat Dengan Menjauhi Maksiat
Tetap sehat Dengan Menjauhi Maksiat.
Bila diberi umur panjang, terbayang seperti apakah kita kala berumur di atas 100 tahun…?
Lincah layaknya gadis belia dan pemudah gagah ataukah pikun, sakit-sakitan sebab anggota tubuh kerap dibawa melakukan kemaksiatan kepadaNya…?
Ibnu Rajab rahimahullah menceritakan bahwa sebagian ulama ada yang telah berusia di atas 100 tahun dan tetap diberi kekuatan dan kecerdasan.
Di antara mereka ada yang pernah melompat dengan lompatan yang sangat jauh. Mengapa bisa demikian…?
Ulama tersebut berkata,
“Saat muda, aku senantiasa menjaga anggota badan ini supaya jangan sampai berbuat maksiat. Balasannya, Allah menjaga anggota badanku di masa tua…” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam: 225)
Sebagian kita, bahkan di kala muda pun sudah sakit-sakitan.
Jagalah (syariat) Allah, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu…
Lalu…
Dengan apa kita akan memulai dan mengisi hari ini..?
Ketaatan ataukah kemaksiatan…?!
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Bila diberi umur panjang, terbayang seperti apakah kita kala berumur di atas 100 tahun…?
Lincah layaknya gadis belia dan pemudah gagah ataukah pikun, sakit-sakitan sebab anggota tubuh kerap dibawa melakukan kemaksiatan kepadaNya…?
Ibnu Rajab rahimahullah menceritakan bahwa sebagian ulama ada yang telah berusia di atas 100 tahun dan tetap diberi kekuatan dan kecerdasan.
Di antara mereka ada yang pernah melompat dengan lompatan yang sangat jauh. Mengapa bisa demikian…?
Ulama tersebut berkata,
“Saat muda, aku senantiasa menjaga anggota badan ini supaya jangan sampai berbuat maksiat. Balasannya, Allah menjaga anggota badanku di masa tua…” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam: 225)
Sebagian kita, bahkan di kala muda pun sudah sakit-sakitan.
Jagalah (syariat) Allah, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu…
Lalu…
Dengan apa kita akan memulai dan mengisi hari ini..?
Ketaatan ataukah kemaksiatan…?!
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Mata Turun Ke Hati, Atau Sebaliknya….?!
Mata Turun Ke Hati, Atau Sebaliknya….?!
Ibnul Qayyim rahimahullah ta’ala menuturkan,
Pandangan itu merupakan utusan hati.
Hatilah yang mengutus pandangan untuk melihat apa yang bisa dikabarkan tentang keindahan apa saja yang terlihat…
Berawal dari segala yang dilihat, muncullah rasa rindu…
Dan dari kerinduan itu berubah menjadi luapan cinta…
Selanjutnya rasa cinta ini mampu berubah menjadi rasa cinta yang bersifat penghambaan.
Sehingga hati menjadi hamba dari apa yang dia cintai.
Yang semula hanya berawal dari apa yang ia lihat.
Pada akhirnya semua perjalanan itu mengakibatkan letihnya hati.
Dan hati berubah menjadi tawanan apa yang ia lihat melalui pandangan mata…
Tibalah saatnya sang hati yang merasa letih ini, mengeluhkan keletihannya pada pandangan mata..
Tapi ternyata, apa yang dikatakan pandangan tidaklah seperti yang dia harapkan semula.
Dia (pandangan mata) mengatakan,
“Aku hanyalah sebagai utusanmu dan engkaulah (wahai hati) yang mengutusku…”
(Disadur secara bebas dari “Ighatsatul Lahfan fii Mashayidisy Syaithan)
Wahai hati…
Utuslah kami seluruh anggota tubuh ini menuju ketaaan bukan lagi kemaksiatan.
Sebelum tiba saat Allah mengambil satu-persatu nikmat yang kami luput bersyukur atasnya.
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇ ♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇ ♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇ ♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Ibnul Qayyim rahimahullah ta’ala menuturkan,
Pandangan itu merupakan utusan hati.
Hatilah yang mengutus pandangan untuk melihat apa yang bisa dikabarkan tentang keindahan apa saja yang terlihat…
Berawal dari segala yang dilihat, muncullah rasa rindu…
Dan dari kerinduan itu berubah menjadi luapan cinta…
Selanjutnya rasa cinta ini mampu berubah menjadi rasa cinta yang bersifat penghambaan.
Sehingga hati menjadi hamba dari apa yang dia cintai.
Yang semula hanya berawal dari apa yang ia lihat.
Pada akhirnya semua perjalanan itu mengakibatkan letihnya hati.
Dan hati berubah menjadi tawanan apa yang ia lihat melalui pandangan mata…
Tibalah saatnya sang hati yang merasa letih ini, mengeluhkan keletihannya pada pandangan mata..
Tapi ternyata, apa yang dikatakan pandangan tidaklah seperti yang dia harapkan semula.
Dia (pandangan mata) mengatakan,
“Aku hanyalah sebagai utusanmu dan engkaulah (wahai hati) yang mengutusku…”
(Disadur secara bebas dari “Ighatsatul Lahfan fii Mashayidisy Syaithan)
Wahai hati…
Utuslah kami seluruh anggota tubuh ini menuju ketaaan bukan lagi kemaksiatan.
Sebelum tiba saat Allah mengambil satu-persatu nikmat yang kami luput bersyukur atasnya.
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Makanan Haram
Makanan Haram.
Waspadai memakan makanan haram.
Bukan hanya terbatas pada zatnya, seperti: babi, bangkai, dll. Namun juga haram cara memperolehnya, semisal: korupsi, menipu, tidak amanah, dsb.
A. Akan Datang Masanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ؛ أَمِنَ الْحَلَالِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ ؟!
“Akan datang kepada manusia suatu zaman (pada saat itu) seseorang tidak lagi peduli dengan apa yang ia dapatkan, apakah dari yang halal ataukah haram…?!” (HR. al-Bukhari: 2059)
B. Ingatkan Terus.
Di dunia, dampak buruk makanan haram bagi diri dan keluarga sangat banyak, diantaranya: wajah menjadi suram, doa tidak terkabulkan, bahkan kenakalan anak juga salah satunya.
Dampak di akhirat, tentu lebih dahsyat.
Sebab itu, kebiasan istri para hamba Allah nan shalih tatkala mengantar suaminya berangkat kerja akan berpesan,
“Wahai suamiku… Jauhilah olehmu penghasilan haram.
Karena kami mampu bersabar atas rasa lapar, namun kami tak kuasa bersabar atas panasnya api neraka…”
(Mukhtashar Minhajul Qashidin)
Esok pagi, ucapkan perkataan ini dengan penuh kecintaan kepada suami (atau ayahanda) tersayang.
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Waspadai memakan makanan haram.
Bukan hanya terbatas pada zatnya, seperti: babi, bangkai, dll. Namun juga haram cara memperolehnya, semisal: korupsi, menipu, tidak amanah, dsb.
A. Akan Datang Masanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ؛ أَمِنَ الْحَلَالِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ ؟!
“Akan datang kepada manusia suatu zaman (pada saat itu) seseorang tidak lagi peduli dengan apa yang ia dapatkan, apakah dari yang halal ataukah haram…?!” (HR. al-Bukhari: 2059)
B. Ingatkan Terus.
Di dunia, dampak buruk makanan haram bagi diri dan keluarga sangat banyak, diantaranya: wajah menjadi suram, doa tidak terkabulkan, bahkan kenakalan anak juga salah satunya.
Dampak di akhirat, tentu lebih dahsyat.
Sebab itu, kebiasan istri para hamba Allah nan shalih tatkala mengantar suaminya berangkat kerja akan berpesan,
“Wahai suamiku… Jauhilah olehmu penghasilan haram.
Karena kami mampu bersabar atas rasa lapar, namun kami tak kuasa bersabar atas panasnya api neraka…”
(Mukhtashar Minhajul Qashidin)
Esok pagi, ucapkan perkataan ini dengan penuh kecintaan kepada suami (atau ayahanda) tersayang.
@sahabatilmu
♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇♠̣̣̇̇
Bagaimana Pandangan KH. Hasyim Asy’ari Terhadap Syi'ah?
Bagaimana Pandangan KH. Hasyim Asy’ari Terhadap Syi'ah?
Selain fatwa Syaikh Muhammad Hasyim bin Asy'ari Al-Jumbani alias KH Hasyim Asy'ari -rahimahullah- yang mevonis sesat Syi'ah, Syaikh Muhammad Arsyad bin 'Abdullah Al-Banjari -penulis Sabilul Muhtadin, juga mengeluarkan fatwa yang senada.
Dan berikut copas fatwa KH Hasyim Asy'ari:
Fatwa KH. Hasyim Asy’ari rahmatullah ‘alaih, pendiri Nahdhatul ‘Ulama (wafat th. 1947) tentang Syi’ah Râfidhah Beliau berkata,
“Di antara mereka juga ada golongan Rafidhah yang mencaci maki Sayyidina Abu Bakr dan ‘Umar, membenci para Shahabat Nabi dan berlebihan dalam mencintai sayyidina ‘Ali, ~semoga Allah meridhoi mereka semua~.
Berkata Sayyid Muhammad dalam Syarah Qamus, sebagian mereka bahkan sampai pada tingkatan kafir dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan umat Islam dari aliran ini.
Berkata Al-Qadhi ‘Iyadh dalam kitab As-Syifa bi Ta’rif Huquq Al-Musthafa, “Dari Abdillah ibn Mughafal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa yang mencintai mereka, maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barangsiapa yang membenci mereka, maka berarti semata-mata membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya. (HR. Al-Tirmidzi dalam Sunan Al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No. 3762).”
[Risalah Ahli Sunnah wal Jama'ah, hal.9-10 -diadopsi dari Buku Panduan MUI "Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi'ah hal. 135-136]
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Ustadz Aris Munandar, M.PI - حفظه الله تعالى
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Selain fatwa Syaikh Muhammad Hasyim bin Asy'ari Al-Jumbani alias KH Hasyim Asy'ari -rahimahullah- yang mevonis sesat Syi'ah, Syaikh Muhammad Arsyad bin 'Abdullah Al-Banjari -penulis Sabilul Muhtadin, juga mengeluarkan fatwa yang senada.
Dan berikut copas fatwa KH Hasyim Asy'ari:
Fatwa KH. Hasyim Asy’ari rahmatullah ‘alaih, pendiri Nahdhatul ‘Ulama (wafat th. 1947) tentang Syi’ah Râfidhah Beliau berkata,
“Di antara mereka juga ada golongan Rafidhah yang mencaci maki Sayyidina Abu Bakr dan ‘Umar, membenci para Shahabat Nabi dan berlebihan dalam mencintai sayyidina ‘Ali, ~semoga Allah meridhoi mereka semua~.
Berkata Sayyid Muhammad dalam Syarah Qamus, sebagian mereka bahkan sampai pada tingkatan kafir dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan umat Islam dari aliran ini.
Berkata Al-Qadhi ‘Iyadh dalam kitab As-Syifa bi Ta’rif Huquq Al-Musthafa, “Dari Abdillah ibn Mughafal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa yang mencintai mereka, maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barangsiapa yang membenci mereka, maka berarti semata-mata membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti telah menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya. (HR. Al-Tirmidzi dalam Sunan Al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No. 3762).”
[Risalah Ahli Sunnah wal Jama'ah, hal.9-10 -diadopsi dari Buku Panduan MUI "Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syi'ah hal. 135-136]
Ditulis oleh: أُسْتَاذُ Ustadz Aris Munandar, M.PI - حفظه الله تعالى
⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡.
Langganan:
Postingan (Atom)