Sabtu, 25 Januari 2014

Mari Meniru

Mari Meniru.



Dalam kehidupan, kita tak lepas dari perbuatan meniru.

Permasalahan terletak pada: apa dan siapakah yang akan ditiru.

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (Shahih, HR. Ahmad 2/50, Abu Daud: 4031, Irwa’ul Ghalil: 1269 Al-Albani)

Saat mendengar hadits ini, yang tergambar adalah hanya tertuju menyerupai orang kafir saja. Sejatinya tidak.

Imam al-Munawi rahimahullah berkata,

“Dikatakan maknanya adalah barangsiapa yang menyerupai orang-orang shalih, maka ia termasuk mengikuti mereka. Ia akan dimuliakan sebagaimana orang-orang shalih itu dimuliakan.

Demikian pula sebaliknya barangsiapa menyerupai orang kafir dan fasik…” (Faidhul Qadir: 6/104)

Bukankah sahabat perawi hadits, Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma gemar meniru Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

Dari cara berjalan, meludah, letak berhenti di suatu tempat dan sebagainya.

Ayahanda beliau pun meniru Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau (Hajar Aswad) hanyalah batu yang tidak dapat memberi manfaat dan madharat.

Seandainya aku tidak melihat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu…”
(Shahih Bukhari: 1597, Muslim: 1270)

Maka perhatikan apa dan siapakah yang akan kita tiru…?!

@sahabatilmu


♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥♡♡♡♥♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar