Rabu, 30 April 2014

MEREDAM PAHITNYA MUSIBAH

MEREDAM PAHITNYA MUSIBAH

Mimbar Jum’ah oleh: Asy-Syaikh Abdurrozak Al-Badr hafidzahullah

Alhamdulillah, washsholatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du;

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, takwa yaitu melakukan ketaatan kepada Allah atas dasar petunjuk dari Allah, dengan mengharap pahala Allah, serta menjauhi maksyiat kepada Allah lantaran petunjuk dari Allah, dalam rangka takut akan siksa Allah.

Sesungguhnya diantara sunnah Allah yang berlaku pada para makhluknya, dari semenjak diciptakannya hingga hari kiamat adalah senantiasa dijumpai cobaan , ujian, musibah, agar nampak diantara para hamba mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bersabar dan mana yang menggerutu, sebagaimana yang telah difirmankan Allah Ta’ala dalam QS Al-Baqarah 155-156,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ.

155. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" .

Adapun hasil dari datangnya musibah adalah sejauh mana ia mensikapi musibah tersebut, jika ia ridho maka baginya keridhoan, dan jika ia murka maka baginya adalah kemurkaan. Maka barang siapa yang tatkala ia mendapat musibah dan ia murka dan kufur, ia akan dituliskan di dalam golongan orang-orang yang binasa. Barang siapa yang berkeluh kesah serta lalai, maka ia akan dituliskan di dalam kelompok orang yang lalai, barang siapa yang murka dan menentang hikmah serta ketentuan Allah, maka ia digolongkan dalam kelompok orang yang merugi.

Dan barang siapa yang ia ridho maka ia digolongkan dalam kelompok orang yang diridhoi. Barang siapa yang ia mampu bersabar, maka ia dikelompokkan dalam golongan orang yang sabar. Barang siapa yang ia mampu bersyukur, maka ia digolongkan pada kelompok orang yang bersyukur.

Tatkala manusia dihadapkan pada cobaan maka sebaiknya ia mengetahui adab islam dan bimbingan syari’ah, dikarenakan dalam suatu cobaan terdapat rasa sakit, berat, pahit, akan tetapi bagi seorang yang beriman jika ia telah mengetahui petunjuk agama, adab dan perangai islam, maka ia akan merasa terhibur dan mendapat hikmah dan kebaikan di dunia dan akhirat. Oleh karenanya bagi seorang muslim agar mempelajari adab, etika dan petunjuk agama agar dirinya mampu meredam pahitnya musibah, dan orang yang paling beruntung adalah orang yang diberi taufik Allah hingga ia dapat istiqomah tatkala musibah menghampirinya.

Diantara amalan yang utama dalam meredam pahitnya musibah adalah mengucapkan kalimat istirja’, yaitu ucapan “INNA LILLAHI WA INNAA ILAIHI ROJI’UUN”, sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam QS. Al-Baqarah: 156,

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

156. “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" .

Ini merupakan penawar yang utama, di saat ia tertimpa musibah maka ia ingat bahwa dirinya adalah seorang hamba milik Allah, dan ia akan dikembalikan kehadapan Allah, dengan ini ia akan merasa terhibur walaupun apa yang ia timpa adalah ujian yang berat dan besar.

Diantara peredam musibah adalah hendaknya ia mengetahui ilmu yakin tidak ragu walau sekecil apapun bahwa apa yang telah menjadi putusan Allah tidak akan luput baginya, dan apa yang bukan menjadi takdirnya maka tidak akan menghampirinya, Allah berfirman dalam QS. Al-Hadid: 22;

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.

Diantara penawar musibah adalah merenungi dan membandingkan dengan musibah lain, yang mana ia akan mendapati bahwa di sana terdapat musibah yang jauh lebih besar, sehingga ia merasa terhibur.

Diantara penawar musibah adalah ia mengetahui bahwa tatkala ia berkeluh kesah dalam suatu cobaan, tidak akan merubah kenyataan, bahkan akan membawa kepada keburukan, kelemahan dan kesengsaraan.

Diantara penawar musibah adalah hendaknya ia mengilmui, bahwa hilangnya pahala dan balasan dari suatu musibah yang terjadi merupakan bentuk musibah yang paling besar, dikarenakan di sana telah Allah janjikan pahala bagi yang mampu bersabar, dalam firman-Nya;

أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 157).

Diantara penawar musibah adalah berharap mendapat ganti dari sisi Allah Ta’ala, dikarenakan tatkala ia ditimpa musibah dan ia mengucap kalimat istirja’ niscaya ia akan mendapat ganti yang lebih baik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah seorang hamba tertimpa suatu musibah, dan ia mengatakan ‘inna lillahi wa inna ilaihi roji’uun, Allahumma ajjurni fi mushibati wakhlufli khoiran minha’, kecuali ia akan diberikan pertolongan dan diberikan ganti yang lebih utama“.

Diantara penawar musibah adalah mengetahui bahwa jika ia tidak bersabar karena Allah dan mencari keridhoan dan pahala-Nya niscaya ia akan berhadapan dengan kenyataan yang memaksanya sabar yang tidak berpahala, sebagaimana dikatakan, ”Barang siapa tidak bersabar dan merasa terhibur dalam musibah yang menimpanya dalam rangka mencari pahala Allah dan iman akan takdir-Nya maka ia akan terpaksa sabar dengan kesabaran binatang“.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya kesabaran hanyalah tatkala turunnya suatu musibah“.

Diantara penawar musibah adalah mengetahui bahwa Allah Ta’ala tidak akan menurunkan musibah bagi seorang muslim dalam rangka membinasakan hambanya, akan tetapi diturunkan dalam rangka membersihkan seorang hamba dan membedakan antara hamba yang bersabar dan yang berkeluh kesah, oleh karena itu sepantasnya seorang hamba untuk memperhatikan perkara ini agar meraih pahala dan ganjaran Allah Ta’ala, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Mengherankan perkara seorang mukmin, setiap perkaranya adalah kebaikan, dan hal itu tidak ada kecuali bagi seorang mukmin, jika ia ditimpa sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur, maka ini adalah kebaikan baginya. Jika ia ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan dia bersabar, maka ini adalah kebaikan baginya“.

Diantara penawar musibah adalah melihat dan merenungi keadaan para manusia semuanya, jika ia melihat ia akan menjumpai banyak manusia yang diberikan ujian dan cobaan. Dan hendaknya ia sadar bahwa kesenangan hidup dunia adalah menyerupai mimpi dalam tidur dan bayangan yang akan lenyap. Berkata Abdullah ibnu Mas’ud, ”Disetiap kegembiraan terdapat pengorbanan, dan tidaklah suatu rumah terdapat banyak kegembiraan melainkan banyak dijumpai tetesan air mata“.

Diantara penawar musibah adalah seorang hamba mengetahui bahwa musibah adalah cobaan, dan Allah Ta’ala mengasihi seorang hamba atas apa yang menimpanya, hal ini dikarenakan jika hamba terus menerus dalam kesehatan dan ‘afiyah, melimpahnya harta bisa jadi akan lalai dan tertipu serta bangga diri yang akan menjadikan kebinasaan bagi dirinya. Akan tetapi bilamana Allah turunkan peringatan baik pada dirinya, hartanya, ataupun dalam urusannya, maka niscaya ia akan senatiasa tunduk dan rendah hati dan terjauhkan dari rasa ujub, maka Maha Suci Allah tatkala menurunkan suatu cobaan dan peringatan atas hamba-Nya.

Diantara penawar musibah adalah seorang hamba mengetahui tatkala dijumpai pahitnya musibah bila disertai kesabaran dan mencari pahala disisi Allah, niscaya akan berubah menjadi suatu yang manis terlebih pada hari kiamat, ia bersabar atas pahitnya ujian yang bersifat sementara dan akan meraih ganjaran kebahagiaan yang kekal abadi, jika tidak maka akan terjadi sebaliknya, dan kita berlindung kepada Allah dari hal ini.

Semoga kita diberikan akal sehingga dapat merenung dan berfikir dan semoga kita diberikan limpahan hidayah menuju jalan yang lurus. Dan semoga Allah memperbaiki urusan dan perkara kita semua, serta segala putusan-Nya baik bagi kita semua, dan kita meminta ampun kepada Allah atas dosa kita dan kaum muslimin seluruhnya, sesungguhnya Dia adalah Dzat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Alhamdulillah, wa sholatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du;

Wahai para hamba Allah, jika seandainya kita dalam kesehatan dan ‘afiyah serta limpahan harta maka jangan sekali-kali kita tertipu dan terpedaya, bukankah orang yang kerkena musibah dan cobaan pada hari ini mereka dulunya dalam keadaan sehat dan ‘afiyah!! Oleh karena itu sepantasnya bagi orang yang berakal tatkala ia dalam keadaan sehat dan ‘afiyah tidak melupakan keadaan ini, dan seyogyanya ia tidak lupa terhadap para hamba Allah lainnya yang sedang mengalami musibah, sesungguhnya Allah senantiasa memberikan pertolongan bagi para hamba selagi mereka memberikan pertolongan terhadap sesama saudara mereka, dan jika hamba senantiasa memenuhi dalam hajat saudaranya, niscaya Allah akan memenuhi hajatnya disaat ia menjumpai perkara genting, dan perbuatan kebajikan akan menjadi perisai ketika keadaan buruk.

Wahai kaum mukminin, barang siapa yang melihat keadaan saudaranya dari kaum muslimin di berbagai penjuru, niscaya di sana dijumpai diantara mereka yang sedang mendapat ujian dan cobaan, maka sebaiknya kita memberikan pertolongan dengan memanjatkan do’a kepada Allah agar mereka segera terbebas dari kesusahannya, dimudahkan urusannya, dan semoga Allah menjaga mereka, dan sepantasnya kita memberikan bantuan apa yang kita mampu untuk mereka dalam rangka menunaikan kewajiban dan mencari pahala disisi Allah Ta’ala.

Ketahuilah wahai kaum muslimin -semoga Allah menjaga kalian- bahwasanya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan, dan setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan hendaknya kalian bersama Al-Jama’ah, sesungguhnya tangan Allah berada di atas Jamaah.

Bersholawat dan salamlah kepada Nabi Muhammad ibnu Abdillah, sebagaimana diperintahkan Allah dalam firman Nya;

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56).

..͡▹ Penulis: أُسْتَاذُ Rochmad Supriyadi, Lc حفظه الله تعال

25 Jumadats Tsani 1435H / 25 April 2014

✽¸.••.¸✽¸••.¸✽¸••.¸✽¸.••.¸✽

Tidak ada komentar:

Posting Komentar